Sukses

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II Diprediksi Lebih Parah

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 drop. Namun menurutnya, belum sampai batas bawah

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 drop. Namun menurutnya, belum sampai batas bawah. Sementara umber yang menyebabkan drop adalah sektor konsumsi rumah tangga dan investasi.

“Laju pertumbuhan triwulan 1 YoY turun 2,97 persen, kalau dilihat dari kuartal 2020 justru turun, ini mengartikan bahwa kita tidak bisa menanjak, biasanya level mendekati nol tidak negatif,” kata Tauhid dalam diskusi digital Indef, Rabu (6/5/2020).

Ia menyebut ada dua hal yang menyebabkan ekonomi Indonesia drop. Pertama, konsumsi rumah tangga. Kedua, pembentukan modal tetap domestik bruto atau investasi, yang telah terhantam turun drastis oleh dampak wabah covid-19.

“Konsumsi rumah tangga penyebab ekonomi drop, konsumsi rumah tangga menyumbang 58,14 persen pada triwulan 1 2020 menjadi 2,84 persen,” ujarnya.

Dia menambahkan, wabah covid-19 telah menghantam konsumsi rumah tangga khususnya pada transportasi dan komunikasi, restoran dan hotel, serta makanan dan minuman, pakaian, alas kaki, dan jasa.

Sehingga masyarakat berupaya memenuhi kebutuhan makanan mereka. Maka dari itu, dalam tahap ini, penurunan daya beli belum terasa drastis penurunannya. Ia menyebut mungkin akan lebih terasa di triwulan selanjutnya.

 

2 dari 2 halaman

Investasi

Selain konsumsi rumah tangga juga ada investasi. Tauhid mengatakan pembentukan modal tetap bruto terseok-seok. Soal investasi, porsi awalnya pada triwulan 1 distribusinya sekitar 31,91 persen, namun mengalami perubahan karena hampir seluruhnya mengalami penurunan, seperti investasi bangunan, mesin perlengkapan, kendaraan, CBR, produk kekayaan intelektual dan lainnya.

Namun porsi terbesar yang terdampak turun yakni sektor bangunan yang distribusinya 24,23 persen menjadi 2,76 persen. Sedangkan untuk mesin dan perlengkapan distribusi pada triwulan 1 awalnya 3,16 persen menjadi -3,92 persen. 

"Daya beli juga terdampak terutama bahan bangunan, meskipun kita lihat catatan investasi belum efektif pada triwulan pertama seperti yang disampaikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),” pungkasnya.