Sukses

Biayai Defisit APBN, BI Serap SBN Rp 125 Triliun di Pasar Perdana

Angka maksimal Rp 125 triliun tersebut sesuai penjelasan Menteri Keuangan dalam raker Komisi XI pada 30 April 2020 lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyatakan kesiapannya membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana untuk membiayai defisit Anggaran Pemerintah dan Belanja Negara (APBN) maksimal Rp 125 triliun.

"Pembelian SBN di pasar perdana oleh BI diperkirakan maksimal Rp 125 triliun," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi XI, Rabu (6/5/2020).

Menurut Perry, angka maksimal Rp 125 triliun tersebut sesuai penjelasan Menteri Keuangan dalam raker Komisi XI pada 30 April 2020 lalu, dimana jumlah kebutuhan pembiayaan APBN selama 2020 sebesar Rp 1.439,8 triliun.

Dari jumlah tersebut, rencana penerbitan SBN pada kuartal II-IV diperkirakan Rp 856,8 triliun.

"Kalau lihat angka ini, saya pengin konfirmasi, apakah ini sudah memperhitungkan penggunaan SAL dan global bond? Sudah kami bahas di KSSK dan bilateral Kemenkeu-BI tapi angkanya gerak," tanya Perry.

Asumsinya, kata Perry, apabila penggunakan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Global Bonds sekitar Rp 300 triliun, maka sisa penerbitan SBN Rupiah di dalam negeri pada kuartal II-IV sekitar Rp 506,8 triliun. Artinya, rata-rata lelang SBN harus memenuhi sekitar Rp 28 triliun.

Sehingga, dengan rerata lelang SBN sekitar Rp 28 triliun selama kuartal II sampai kuartal IV 2020 diperkirakan sebagian besar dapat diserap pasar, baik oleh investor domestik maupun asing.

2 dari 2 halaman

Sesuai Ketentuan

Untuk itu, BI mempersiapkan maksimal Rp 125 triliun untuk pembelian SBN di pasar perdana, sesuai dengan ketentuan kebijakan yang telah disepakati.

"Dengan mekanisme yang telah disepakati, jumlah pembelian SBN di pasar perdana oleh Bank Indonesia untuk pembiayaan umum APBN (above the Line) diperkirakan maksimal sekitar Rp 125 triliun," kata Perry.

Sebagai informasi, BI telah membeli SBN di pasar sekunder sekitar Rp 166,2 triliun. Ini menjadi salah satu mekanisme untuk pelonggaran likuiditas atau quantitative easing (QE). Total QE hingga saat ini mencapai Rp 503,8 triliun.

Video Terkini