Liputan6.com, Jakarta - Ketua Harian Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Dani Setiawan menilai program pembagian nasi ikan yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai langkah positif sekaligus bentuk kepedulian KKP terhadap nasib para nelayan di tengah pandemi Covid-19.
Pasalnya, kini penjualan ikan merosot tajam, sehingga harus ada peran pemerintah agar mereka tetap eksis di laut.
Baca Juga
“Jadi apapun inisiatif yang bertujuan untuk mendorong tingkat konsumsi ikan di masyarakat saat ini, adalah langkah positif yang dapat membantu nelayan, termasuk penyediaan bantuan pangan dalam bentuk nasi ikan seperti yang dilakukan KKP,” kata Dani kepada wartawan, Jumat (8/5/2020).
Advertisement
Ia menyebut langkah tersebut juga sebagai upaya KKP untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya mengkonsumsi ikan bagi manusia, di tengah pentingnya menjaga daya tubuh di masa-masa pandemi ini.
“Ujungnya adalah meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya di Indonesia,” ujarnya.
Ia mengimbau agar kegiatan itu harus berorientasi kepada pergerakan roda ekonomi rakyat di masa pandemi. Sehinggga, nelayan bisa terus melaut, karena hasil tangkapannya selalu laku di pasaran di tengah-tengah krisis akibat Covid-19 tersebut.
“Galang kerjasama dengan warung-warung makan rumahan, ibu-ibu di kampung nelayan, dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Tentu dengan standar dan cita rasa ikan yang harus tetap dijaga. Jika hal ini terus dilakukan dan dalam skala yang terus diperluas, saya yakin hal ini menjadi contoh gerakan gotong-royong nasional yang amat penting di masa krisis seperti sekarang,” katanya.
Nasi Ikan KKP
Seperti diketahui, selama satu bulan Kementerian KKP menyalurkan nasi bungkus yang berisi ikan dan lauk pauk lainnya kepada masyarakat yang membutuhkan.
Uang untuk pembelian nasi ikan merupakan hasil patungan para pegawai KKP di seluruh Indonesia. Gerakan ini digagas langsung oleh Menteri Edhy Prabowo sebagai bentuk solidartitas kemanusian di tengah pandemi Covid-19 yang sudah dua bulan lebih melanda Indonesia.
Advertisement