Liputan6.com, Jakarta Sepanjang satu pekan kemarin, harga minyak dunia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, Senin (11/5/2020), untuk jenis Brent di level USD 30,23 per barrel dan jenis WTI di level USD 24,08 per barrel.
“Kenaikan ini disebabkan karena mulai longgarnya kebijakan dari beberapa negara seperti di Amerika Serikat dan Spanyol sehingga konsumsi energi di negara tersebut mengalami kenaikan. Jika tidak ada gelombang ke dua serangan virus covid-19 ini, maka bisa dipastikan ekonomi global akan kembali tumbuh,” kata Pengamat Energi sekaligus Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan, dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Senin (11/5/2020).
Selain itu, menurutnya kebijakan pemerintah ataupun badan usaha tidak menurunkan harga BBM merupakan langkah yang tepat. Dia menilai harga minyak dunia akan terus merangkak naik karena sudah banyak negara yang melonggarkan kebijakan terkait dengan Covid-19 ini, sehingga aktivitas kembali berjalan dengan kondisi yang new normal.
Advertisement
Hal itu dipengaruhi oleh keputusan OPEC+ untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta BOPD awal bulan Mei 2020 mendapatkan respond positif dari pasar. Setelah itu,akan dilanjutkan dengan pemotongan sebesar 7,7 juta BOPD dari Juni-Desember 2020.
“Dengan demikian, kebutuhan akan meningkat disisi lain supply sedikit berkurang sehingga harga minyak akan terus terkerek,” ujarnya.
Menurut dia, seharusnya desakan untuk menurunkan harga BBM bisa berkurang jika kita melihat kondisi secara obyektif.
Soal Harga BBM di Indonesia
Terkait dengan harga BBM, ia kira kita harus melihat secara komprehensif terutama untuk Pertamina. Tidak bisa dipisahkan dari sisi hulu, hilir maupun untuk refinery, semua saling kesinambungan.
Sementara, berdasarkan historisnya, Mamit mengatakan Pertamina tidak serta merta menaikan harga BBM ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan.
”Harga BBM jenis Premium dan Solar tidak pernah mengalami kenaikan sejak tahun 2016. Padahal dalam kurun waktu 2016 sampai 2020 harga minyak dunia pernah menyentuh di level USD 70–USD 80 per barrelnya,” ungkapnya.
Disampaikan juga, dengan masih diperpanjangnya PSBB hampir diseluruh wilayah Indonesia maka konsumsi BBM akan tetap mengalami penurunan.
Penurunan konsumsi hampir mencapai 30 persen di bulan April sebesar 65.678 KL dari bulan sebelumnya 93.558 KL dan ia memperkirakan untuk bulan Mei tidak akan jauh berbeda. Jadi, dampaknya jika diturunkan tidak akan terlalu signifikan.
Advertisement