Liputan6.com, Jakarta - PT Bio Farma sudah mulai melakukan produksi alat uji virus Corona atau rapid test berbasis real time polymerase chain reaction (RT-PCR).
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga menyatakan, adanya produksi alat rapid test berbasis RT-PCR ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan laboratorium tes Corona di Indonesia. Adapun, Bio Farma sudah mulai memproduksi 200 ribu test kit per bulannya.
"Selama ini kan kita impor, ini sudah bisa kita produksi 50 ribu setiap minggunya atau 200 ribu sebulan. Ini sudah mulai dikerjakan oleh Bio Farma," kata Arya dalam pernyataannya, Selasa (12/5/2020).
Advertisement
Arya melanjutkan, hal ini juga sejalan dengan langkah Kementerian BUMN untuk terus mendorong perkembangan industri farmasi lokal ke depannya.
Baca Juga
"Jadi Kementerian BUMN terus mendorong supaya industri farmasi lokal itu berkembang dan mulai produk-produk lokalnya terus ditambahkan. Diharapkan bisa memacu," katanya.
Adapun, dalam keterangan resmi, Bio Farma menyatakan kapasitas produksinya mungkin saja dapat diperbesar dengan menambah peralatan otomatis untuk melakukan proses produksi.
"Sedangkan saat ini di Bio Farma masih manual menggunakan operator dengan jumlah personil 15-18 orang," demikian dikutip dari keterangan resmi.
Telah Diuji
Sebagai informasi, produk alat rapid test yang diproduksi Bio Farma telah diuji pendahuluan oleh Tim Nusantics (dan diulang oleh tim Bio Farma) untuk menentukan sensitivitas (LoD) dan spesifitasnya.
Semakin kecil LoDnya, maka semakin sensitif rapid test yang dibuat. Sedangkan semakin besar persentasi spesifitasnya, maka semakin baik kemampuan rapid test tersebut dalam membedakan gen virus dengan virus sejenis.
Hasil uji pendahuluan menunjukkan, rapid test ini memiliki tingkat sensitivitas (LoD) sebanyak 50 copies, artinya rapid test dapat mendeteksi 50 copy gen virus dan jumlahnya masih bisa turun lagi setelah dilakukan validasi ulang.
Sementara, tingkat spesifitasnya mencapai 100 persen. Dengan demikian, akurasi rapid test yang diproduksi Bio Farma mencapai 95 persen. Hasil studi ini masih diuji kembali oleh laboratorium-laboratorium rujukan untuk memperkuat hasilnya.
Advertisement