Sukses

Neraca Dagang Indonesia Defisit USD 350 Juta di April 2020

Defisit neraca dagang ini lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya Maret yang tercatat sebesar USD 720 juta.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2020 mengalami defisit sebesar USD 350 juta.

Defisit ini lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya Maret yang tercatat sebesar USD 720 juta. Pun posisi ini juga lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar USD 2,3 miliar.

Kepala BPS, Suharyanto, menyatakan defisit ini terjadi dikarenakan posisi ekspor dan impor Indonesia pada April 2020 mengalami penurunan.

Di mana nilai ekspor pada April 2020 tercatat sebesar USD 12,19 miliar atau turun sbesar 13,33 persen dsn posisi impor tercatat sebesar USD 12,54 miliar atau turun 6,10 persen.

"Sehingga pada bulan april 2020 ini kita mengalami defisit sebesar USD 0,35 miliar," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Pusat BPS, Jakarta, Jumat (15/5/2020).

Sementara neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari sampai April 2020 masih mengalami surplus sebesar USD 2,25 miliar.

Hal itu terjadi karena total ekspor Indonesia selama Januari April mencapai sebesar USD 53,95 miliar. Sementara total impor dari periode tersebut mencapai USD 51,71 miliar.

"Di tengah covid-19 ini kita masih surplus USD 2,25 miliar tentunya ke depan performa ini bisa lebih baik lagi," kata dia.

 

2 dari 2 halaman

Rincian Negara

Jika dirinci surplus neraca perdagangan Indonesia menurut negara, pada posisi April 2020 Amerika Serikat menjadi terbesar yakni mencapai USD 3,5 miliar. Posisi ini meningkat dari periode sama tahun sebelumnya yakni hanya USD 2,9 miliar.

Surplus lainnya terjadi di negara-negara tujuan lain seperti India dan Belanda masing-masing USD 2,3 miliar dan USD 757 juta.

Sementara itu, defisit terbesar neraca perdagangan Indonesia terjadi di China yakni minus USD 4,4 miliar. Namun posisi ini masih cukup baik dibandingkan periode sama tahun lalu tercatat defisit sebesar USD 7,6 miliar.

Defisit lain juga terjadi dinegara tujuan lain seperti Australia dan Thailand yang masing-masing alami defisit sebesar minus USD 754 juta dan minus USD 1,2 miliar.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com