Sukses

Inalum Soal Akuisisi Vale: Dana Sudah Ada, Tinggal Tunggu Persetujuan

Proses akuisisi perusahaan atas perusahaan nikel PT Vale Indonesia (Tbk) masih terus diupayakan realisasinya.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID Orias Petrus Moedak menyatakan, proses akuisisi perusahaan atas perusahaan nikel PT Vale Indonesia (Tbk) masih terus diupayakan realisasinya.

Hingga saat ini, perusahaan telah menyiapkan dana akuisisi tersebut. Penentuan harga juga sudah dibicarakan pada tahap awal. Namun demikian, dirinya tidak dapat membeberkan berapa nilai pasti akuisisi tersebut.

"Harga sudah dibicarakan tahap awal, kita sesuaikan dan sudah lakukan perhitungan. Kami nggak bisa sebutkan, yang pasti mereka akan umumkan nanti," kata Orias dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/5/2020).

Orias bilang, saat ini dokumen yang diperlukan untuk akuisisi tengah disiapkan. Namun memang, dalam menentukan harga yang tepat, perlu proses review mendalam.

"Masih butuh approval dan review apakah harganya sudah sesuai dengan perhitungan, apakah harga yang dipasang ini nggak melanggar aturan, jadi tunggu approvalnya dulu," katanya.

Adapun, Inalum berencana mencaplok 20 persen saham Vale. Sebelumnya, penandatanganan kesepakatan pembelian saham itu ditargetkan bakal rampung pada Maret 2020. Namun, jadwalnya mundur hingga akhir Mei mendatang.

Orias bilang, jadwal penandatanganan kesepakatan juga bergantung pada proses approval internal perusahaan.

"Kalau Mei ini, memang kita ada rencana tanda tangan, tapi itu tergantung approval, ya," tuturnya.

2 dari 2 halaman

Divestasi Saham PT Vale Tunggu Harga Pasar Stabil

Direktur Utama (Dirut) PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) (Persero) atau MIND ID, Orias Petrus Moedak tanggapi rencana divestasi 20 persen saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO). Ia mengatakan tak ingin buru-buru merealisasikan rencana tersebut.

"Masih bahas di masing-masing internal. Fluktuasi harga saham di pasar juga lagi kayak gini kan. Fluktuasi harganya lagi anomali gini," ungkapnya di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (03/03/2020).

Ia menjelaskan, jika memaksakan realisasi divestasi dalam kondisi seperti ini, akan berdampak bagi kedua belah pihak. Hal tersebut dikarenakan harga yang ditransaksikan bisa melambung dibandingkan kondisi normal.

"Ya saya bisa salah kalau ketinggian. Mereka juga kalau kerendahan, dia juga gak enak kalau kemurahan kan. Tapi kami belum bicara sampai situ. Itu perhitungan kami aja," ujarnya.

Orias juga mengatakan bahwa saat ini kedua belah pihak sedang melakukan pembahasan di internal masing-masing sampai harga pasar stabil. 

Video Terkini