Sukses

Bulog Klaim Defisit Beras di 7 Provinsi Sudah Teratasi

Preum Bulog memastikan ketujuh provinsi yang sempat mengalami defisit beras kini telah terkendali.

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog memastikan ketujuh provinsi yang sempat mengalami defisit beras kini telah terkendali. Setelah proses pendistribusian beras terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh menyebut bahwa, saat ini stok beras yang dimiliki Bulog mencapai 1,4 juta ton tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Dengan rincian cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 1,32 juta ton dan untuk beras komersial berjumlah 101.364 ton.

"Alhamdulillah saat ini di tujuh provinsi sudah tersedia semua. Sehingga tidak usah khawatir, Bulog sudah siapkan stok yang ada di gudang," kata Tri saat menggelar Webinar bersama P2N, Senin (17/5/2020).

Menurutnya proses pendistribusian beras dilakukan selang dua hari setelah presiden Jokowi mengumumkan adanya persoalan defisit beras yang melanda tujuh provinsi. Antara lain Kalimantan Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Terkait besaran angka proporsi defisit dan pendistribusian beras yang dilakukan Bulog. Misalnya, di Kalimantan Utara defisit sebanyak 763 ton dan stok di gudang serta stok dalam perjalanan mencapai 1.779 ton, Kepulauan Riau defisit sebanyak 8.185 ton dan stok di gudang serta stok dalam perjalanan mencapai 9.329 ton, Riau defisit sebanyak 27.719 ton dan stok di gudang serta stok dalam perjalanan mencapai 15.142 ton.

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Sedangkan, di Kepulauan Bangka Belitung defisit sebanyak 9.891 ton dan stok di gudang serta stok dalam perjalanan mencapai 2.303 ton, Maluku defisit sebanyak 3.344 ton dan stok di gudang serta dalam perjalanan sebanyak 9,255 ton.

Kemudian, Maluku Utara defisit sebanyak 3.724 ton dan stok di gudang serta dalam perjalanan mencapai 3.286 ton, dan Papua Barat defisit 931 ton dan stok di gudang serta stok dalam perjalanan mencapai 8.060 ton.

Lebih jauh, Tri mengungkapkan faktor utama penyebab terjadinya defisit beras di tujuh provinsi ini ialah melonjaknya permintaan beras untuk konsumsi maupun pembagian sembako di tengah pandemi covid-19. Sedangkan daerah tersebut bukan termasuk sentra penghasil beras.

"Sehingga defisit beras terjadi. Namun, kami pastikan persoalan defisit beras ini telah terkendali," tandasnya.

Merdeka.com