Sukses

Masih Tergantung Impor, Ventilator Rakitan ITB Belum Bisa Diproduksi Massal

Ventilator Rakitan ITB dapat diproduksi secara massal hingga mencapai 1.600 unit untuk didistribusikan ke sejumlah rumah sakit.

Liputan6.com, Jakarta - Ventilator yang dikembangkan oleh tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) telah lolos uji fungsi dan ketahanan dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan RI. Saat ini ventilator tersebut siap diproduksi massal untuk membantu pengobatan pasien Corona Covid-19 dengan tingkat kegawatan menengah.

"Alhamdulillah selesai. Ventilator sudah diuji oleh Kementerian Kesehatan. Pengujian melewati tiga tahap yakni uji fungsi kalibrasi, uji keselamatan, dan daya tahan," kata Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Ir Syarif Hidayat dalam diskusi virtual bersama The Habibie Center, Selasa (19/5/2020).

Dia mengatakan ventilator yang dikembangkan berbasis Ambu-Bag Airgency, yakni alat medis ventilator bertipe BVM (Bag-Valve-Mask) dengan fungsi resuscitator. Ventilator ini telah disempurnakan untuk dapat bekerja dengan baik dan tetap memperhatikan aspek portabilitas maupun estetika.

Selain itu, alat bantu pernapasan ini telah mengadopsi teknologi parameter untuk mengatur kebutuhan oksigen yang masuk ke dalam paru-paru pasien. Mengingat setiap orang memiliki pola pernapasan dan kebutuhan oksigen yang berbeda, sehingga memudahkan dokter untuk mengatur penggunaannya.

Berbagai teknologi tersebut tentu sangat membantu bagi pasien covid-19 yang mengalami gangguan pernafasan atau dengan kegawatan tingkat menengah. Namun, ventilator ini masih diproduksi secara manual dengan melibatkan mahasiswa, dosen, hingga pelaku UMKM yang berada di wilayah kota Bandung.

 

2 dari 2 halaman

Produksi Massal

Lebih jauh syarif menargetkan, ventilator dapat diproduksi secara massal hingga mencapai 1.600 unit untuk didistribusikan ke sejumlah rumah sakit rujukan pasien covid-19. Untuk mengejar target, setidaknya hingga akhir Mei harus tersedia 600 unit ventilator karya anak bangsa tersebut.

Meski begitu, pihaknya masih menemui kendala terkait ketersediaan bahan baku komponen eletronik dan motor pompa penggerak. Sebab kedua bahan baku tersebut masih harus didatangkan dari luar negeri.

Oleh karenanya, diharapkan keterlibatan pemerintah dalam membantu penyediaan bahan baku tersebut untuk memperlancar proses produksi ventilator. Mengingat tingginya keperluan rumah sakit pemerintah maupun swasta akan alat ventilator seiring meningkatnya jumlah pasien covid-19.

Beruntung komponen lainnya masih bisa disuplai oleh pasar dalam negeri. Bahkan Syarif berujar jika 75 persen lebih ventilator rancangannya terdiri dari komponen asli Indonesia.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com