Liputan6.com, Jakarta - Harga bawang merah di berbagai daerah terus meroket sejak beberapa hari sebelum Lebaran 2020. Nilai jualnya di pasaran nasional melonjak hingga kisaran Rp 70 ribu per kg, terpaut jauh dari harga acuan yang dipatok pemerintah yang sebesar Rp 32 ribu per kg.
Ketua Perkumpulan Pengusaha Bawang Nusantara (PPBN) Mulyadi mengatakan, suplai bawang merah saat ini bergantung pada stok di dalam negeri. Hal itu sejalan dengan langkah pemerintah yang memastikan tidak akan melakukan impor untuk komoditas tersebut.
Namun melihat kenaikan harga bawang merah ini, Mulyadi mengatakan ada wacara untuk menjalankan kebijakan impor bawang merah pada bulan ini. Namun, ia menilai, kualitas produk impor tersebut masih lebih rendah dibanding produk dalam negeri.
Advertisement
"Iya benar, karena kebutuhan bawang merah disuplai dari dalam negeri. Namun bulan ini sudah ada impor bawang merah. Cuma kualitas lebih baik dalam negeri," ujar Mulyadi kepada Liputan6.com, Minggu (24/5/2020).
Mulyadi mengutarakan, kenaikan harga juga terjadi lantaran dipengaruhi cuaca musim penghujan yang kurang mendukung produksi petani.
Selain itu, fenomena kenaikan harga juga masih dianggap normal terjadi setiap Lebaran untuk komoditas bahan pangan dasar utama seperti bawang merah.
"Stok tidak ada karena hasil panen lagi tidak bagus. Kedua, faktor psikologis pedagang menjelang lebaran," jelas Mulyadi.
Permintaan Melonjak, Harga Bawang Merah di Jakarta Sentuh Rp 70 Ribu per Kg
Sebelumnya, menjelang lebaran permintaan masyarakat Ibu Kota akan bawang merah kian meningkat. Imbasnya di sejumlah pasar DKI Jakarta harga bumbu dapur favorit ini melonjak hingga Rp70 ribu per kilogram (Kg)
"Memang permintaan bawang merah lagi tinggi. Di pasar DKI sekarang bahkan di jual Rp70 ribu per kilogram," kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri, saat dihubungi Merdeka.com, pada Sabtu 25 Mei 2020.
Menurutnya lonjakan harga jual bawang di pasar tradisional ibu kota diakibatkan oleh tingginya permintaan masyarakat untuk konsumsi saat lebaran. Alhasil salah satu bumbu dapur favorit tersebut mengalami kelangkaan stok sehingga membuat harganya menjadi mahal.
Selain itu, Mansuri berujar bahwa lonjakan harga disebabkan oleh koordinasi yang lemah antar lembaga kementerian terkait. Sebab, kenaikan harga bawang seharusnya dapat diantisipasi mengingat sejumlah sentra wilayah penghasil bawang mengalami penurunan produksi.
"Kan harusnya sudah diprediksi saat lebaran pasti permintaan bawang merah meningkat. Kalau sudah koordinasi pasti tak terjadi (kenaikan harga)," tandasnya.
Advertisement