Sukses

Erick Thohir Sebut 86 Persen BUMN Siap Terapkan Protokol New Normal

Sebagian bebar BUMN telah menyiapkan protokol kerja di era New Normal, setidaknya 86 persen BUMN telah siap.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan mayoritas perusahaan plat merah siap menerapkan protokol kerja di era New Normal. Dengan demikian, BUMN diharapkan mampu menjadi lokomotif pemulihan ekonomi Indonesia

Erick menyatakan, perusahaan-perusahaan BUMN telah mempersiapkan protokol untuk masuk ke era New Normal dan ditargetkan selesai pada 25 Mei lalu. Hal ini agar ketika ada kebijakan pelonggaran PSBB, maka pegawai di BUMN langsung siap bekerja.

"Kita d tanggal 25 Mei targetkan (selesai protokol kesehatan), bukan berarti tidak Lebaran. Sebab kalau tanggal 26 ada pelonggaran PSBB, kita tidak bingung," kata dia saat acara SilaturaHOME Liputan6.com, Selasa (26/5/2020).

Menurut Erick, masing-masing Pemda mempunyai keputusan masing-masing terkait PSBB sesuai kondisi di masing-masing daerah. "Seperti DKI Jakarta itu sampai 4 juni, Bali tanggal 28. BUMN ini kan ada di seluruh Indonesia. tidak mungkin tunggu pelonggaran PSBB baru bikin protokolnya. Protokol di masing-masing BUMN berbeda. BUMN airport, pelabuhan beda dengan pertambangan," jelas dia.

Namun demikian, Erick memastikan sebagian bebar BUMN telah menyiapkan protokol kerja di era New Normal. Setidaknya 86 persen BUMN telah siap.

"Ini makanya kita harus mapping. Sekarang 86 persen BUMN siap. Ini ada yang tidak siap, ini kita pandu supaya tidak bikin blunder di lapangan. Bicara dengan kebijakan lebih beesar, saya sepakat protokol ini harus balance antara keselamatan individu tapi pelan-pelan gerakan ekonomi. Ini tidaj bisa diperdebatkan mana yang lebih dulu tapi harus bersamaan," tandas dia.

2 dari 2 halaman

Era New Normal, Bank BUMN Diminta Kaji Ulang Peran Kantor Cabang

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyarankan agar bank-bank BUMN perlu mengkaji kembali kantor-kantor cabang di era New Normal yang muncul setelah pandemi COVID-19.

"Kita mesti mulai berpikir jumlah kantor cabang yang demikian besar di perbankan nasional kita apakah kita akan tetap menggunakan itu sebagai poin of sales kita atau kita mengubah fungsinya dan berapa persen yang bermigrasi ke pola kanal elektronik secara permanen," ujar Kartika seperti dikutip dari Antara, Rabu (20/5/2020).

Menurut dia, terdapat beberapa perubahan fundamental yang tentunya menjadi catatan bagi perusahaan-perusahaan yang berinteraksi dengan retail customer seperti contohnya perbankan.

"Tentunya cara masyarakat melakukan transaksi perbankan berubah drastis, mungkin jumlah masyarakat yang pergi ke kantor cabang setelah pandemi COVID-19 ini menurun drastis," katanya.

Dengan demikian, lanjut dia, kemungkinan setelah pandemi COVID-19 kantor-kantor cabang 50 persen mungkin sudah tidak diperlukan lagi.