Sukses

Pertamina Diminta Hati-Hati Pilih Mitra Kerja di Proyek Tuban

Pertamina harus memperhatikan integritas dan rekam jejak perusahaan calon mitra kerja.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) diminta untuk mempertimbangkan keikutsertaan Hyundai Engineering Construction dalam tender proyek pembangunan komplek olefin dan polyolefin di Tuban.

"Perusahaan itu (Hyundai Engineering) harus dikasih catatan dan dipertimbangkan," kata Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (26/5/2020).

Uchok berkaca pada catatan pada proyek pembangunan Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan yang terancam molor dari target. Padahal, Hyundai Engineering merupakan salah satu mitra kerja Pertamina di dalam megaproyek tersebut. 

"(RDMP Kilang Balikpapan) jadi latar belakang. Ada proyek yang dikerjakan oleh mereka dengan pencapaian kurang baik," ujarnya. 

Dia menegaskan, Pertamina harus memperhatikan integritas dan rekam jejak perusahaan calon mitra kerja. "Termasuk pengerjaan proyek-proyek terdahulu harus menjadi catatan bagi Pertamina. Kalau Pertamina mendapatkan mitra kerja yang tidak baik, nanti Pertamina juga yang akan kena getahnya," ketus Uchok.

Pertamina sebelumnya berencana mengembangkan pembangunan pabrik baru serta melanjutkan pembangunan komplek olefin dan polyolefin di kawasan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban.

Dengan pembangunan tersebut, Pertamina menargetkan TPPI akan menjadi komplek petrokimia yang terintegrasi menghasilkan produk-produk aromatik dan olefin.

Pembangunan kilang Tuban tersebut membuat Pertamina harus merogoh kocek untuk investasi sebanyak USD 16 miliar. Proyek tersebut nantinya akan memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.200 ktpa, paraxylene 1.300 ktpa, dan polyethylene 750 ktpa.

2 dari 2 halaman

Kilang Pertamina di Tuban Bisa Produksi Bensin dan Petrokimia

Pertamina siap mengintegrasikan Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang merupakan anak usaha Tuban Petro dengan megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Langkah ini dilakukan usai menguasai saham mayoritas Tuban Petro hingga 51 persen.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, restrukturisasi Tuban Petro merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas (flexibility). Dengan begitu mode kilang bisa beralih baik mode petrokimia atau bensin. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan pada saat beroperasi.

“Jadi jelas bahwa proyek kilang kami yang sedang berjalan akan menjadi bisnis yang berkelanjutan, karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan didukung integrasi baik sesama kilang maupun infrastruktur Pertamina lainnya,” kata Nicke, di Jakarta, Senin (13/1/2020).

Nicke melanjutkan, dengan pasokan bahan baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, diharapkan bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih keuntungan (profitability) yang maksimal. Dengan tingkat keuntungan maksimal, maka proyek kilang Pertamina mampu menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainability) ke depannya.

Menurut Nicke, saat ini Pertamina sedang mengembangkan kilang di 6 lokasi, yang pembangunannya diintegrasikan dengan pembangunan pabrik petrokimia. Salah satunya yakni GRR Tuban yang nantinya akan diintegrasikan dengan TPPI, dengan dibangun pipa penghubung sejauh 7 km.

Nicke menambahkan, peluang pasar bisnis petrokimia saat ini sekitar Rp 50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia juga mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.

Langkah mengintegrasikan kilang TPPI dengan GRR Tuban dilakukan Pertamina dengan melakukan aksi korporasi pembelian saham seri B Tuban Petro senilai Rp 3,2 triliun, sehingga Pertamina saat ini menguasai saham mayoritas 51 persen. Dengan menguasai saham mayoritas, maka Pertamina memiliki saham pengendali agar bisa mengembangkan TPPI.