Sukses

Harga Minyak Naik Dipengaruhi Permintaan Dunia Mulai Meningkat

Pemulihan ekonomi pasca pandemi virus corona membawa harga minyak mulai merangkak naik kembali

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada hari Selasa, didukung oleh meningkatnya kepercayaan bahwa produsen menindaklanjuti komitmen untuk memotong pasokan dan permintaan bahan bakar meningkat dengan berkurangnya pembatasan coronavirus.

Dikutip dari laman CNBC, Rabu (27/5/2020), harga minyak mentah berjangka Brent naik 64 sen, atau 1,8 persen, menjadi USD 36,17 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik USD 1,10, atau 3,3 persen, menjadi USD 34,35 per barel.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen minyak terkemuka lainnya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, sepakat bulan lalu untuk memangkas produksi gabungannya hampir 10 juta barel per hari pada Mei-Juni untuk menopang harga dan permintaan, yang telah terkena pandemi coronavirus.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak akan bertemu dengan produsen minyak utama pada hari Selasa untuk membahas kemungkinan perpanjangan tingkat pemotongan saat ini di luar Juni, menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut kepada Reuters.

Kantor berita RIA mengatakan volume produksi minyak Rusia mendekati target negara itu 8,5 juta barel per hari untuk Mei dan Juni.

Pada hari Senin, kementerian energi Rusia mengutip Novak yang mengatakan bahwa kenaikan permintaan bahan bakar akan membantu mengurangi surplus global sekitar 7 juta hingga 12 juta barel per hari pada Juni atau Juli.

 

2 dari 2 halaman

Pertemuan OPEC+

Negara-negara OPEC + dijadwalkan bertemu lagi pada awal Juni untuk membahas mempertahankan pemotongan pasokan mereka untuk menopang harga, yang masih turun sekitar 45 persen sejak awal tahun.

"Kelebihan pasokan 16 juta barel per hari dalam minyak mentah selama bulan April dapat dibatalkan seluruhnya pada bulan Juni, dibantu oleh pemulihan 4 juta barel per hari dalam permintaan minyak mentah dan pengurangan 12 juta barel per hari dalam pasokan minyak mentah," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak untuk Rystad Energi.

"OPEC + menjadi yang paling berat sejauh ini, secara efektif mengurangi pasokan hampir 9 juta barel per hari, sementara pasokan minyak mentah non-OPEC + turun lebih dari 3,5 juta barel per hari dari level Maret."

Dalam indikasi pasokan yang lebih rendah di masa depan, data dari bisnis jasa energi Baker Hughes menunjukkan bahwa jumlah rig AS mencapai rekor terendah 318 minggu lalu.