Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) meminta pemerintah untuk segera menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya jenis solar. Hal ini guna meringakan beban masyarakat di tengah pandemi corona (Covid-19).
Ketua MTI Jawa Timur Bambang Haryo Soekartono menilai, harga BBM yang dijual di dalam negeri saat ini masih lebih mahal dari seharusnya. Akibatnya, terjadi ekonomi biaya tinggi dan harga barang lebih mahal sehingga beban masyarakat makin berat menghadapi dampak Covid-19.
Salah satu indikasi harga BBM ini lebih tinggi yaitu terlihat dari mahalnya harga solar di dalam negeri dibandingkan dengan bunker di pelabuhan Singapura.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip data bunker-ex.com per 21 Mei 2020, paparnya, harga bunker minyak diesel atau solar jenis MGO (HSD) di pelabuhan Singapura tercatat USD 264 per 1.200 liter.
Ini berarti harga solar nonsubsidi di pelabuhan transhipment terbesar di Asia Tenggara itu hanya Rp 3.300 per liter (asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS).
“Harga itu lebih rendah dari harga solar nonsubsidi (HSD) di Indonesia sebesar Rp 7.300 per liter (harga awal Mei 2020), bahkan masih lebih rendah dibandingkan harga solar subsidi di Indonesia yang masih Rp 5.150 per liter sehingga pelabuhan internasional di Indonesia tidak bisa bersaing dengan pelabuhan Singapura karena harga bankernya 2 sampai 3 kali lipat yang berlaku di pelabuhan internasional Indonesia,” ungkap Bambang Haryo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (27/5/2020).
Perhitungan Harga Solar
Anggota Komisi VI DPR Periode 2014-2019 ini menilai, harga solar nonsubsidi di dalam negeri seharusnya tidak boleh lebih dari Rp 4.300 per liter meskipun sudah dibebani pajak 4 persen dan ongkos angkut menggunakan asumsi biaya logistik termahal di dunia yakni 26 persen sampai ke pelosok.
“Maka solar nonsubsidi harus dijual dibawah Rp 4.300 per liter, sedangkan harga solar subsidi di Indonesia seharusnya maksimal tidak lebih dari Rp3.300 per liter,” ujarnya.
“Harga solar lebih murah seharusnya menjadi insentif bagi industri dan usaha lainnya untuk dapat bangkit lagi dari dampak Covid-19 karena biaya energi lebih murah,” kata Bambang Haryo.
Sebagai informasi, harga minyak mentah dunia sempat turun drastis bulan lalu. Harga minyak mentah Brent untuk kontrak Juni anjlok ke bawah USD 20 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) USD 12 per barel, bahkan sempat di bawah 0 dolar AS per barel.
Advertisement