Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Moneter Internasional (IMF) menyatakan, perhitungan data indikator ekonomi mungkin saja keliru dan kurang akurat akibat pandemi virus corona (Covid-19).
"Data ekonomi yang tepat dan akurat menjadi sangat krusial sebagai informasi untuk keputusan kebijakan. Tapi pandemi Covid-19 telah menganggu perhitungan banyak data statistik utama," kata IMF dalam postingannya, seperti dikutip CNBC, Jumat (29/5/2020).
"Tanpa data yang bisa diandalkan, regulator tak bisa dapat menilai seberapa parah pandemi ini telah memukul banyak orang dan perekonomian, dan juga proses pemulihan jadi sulit termonitor," tegas tiga anggota Departemen Statistik IMF.
Advertisement
Adapun postingan IMF ini muncul ketika banyak negara merilis data produk domestik bruto (PDB) pada kuartal pertama tahun ini. PDB sendiri kerap dijadikan acuan utama perekonomian suatu negara, dan jadi pegangan untuk pemerintah, bank sentral dan pihak investor.
Baca Juga
Menurut IMF, keputusan lockdown jadi salah satu tantangan terbesar dalam mengumpulkan data statistik ekonomi yang tepat selama masa pandemi ini. Itu membuat banyak pelaku statistik di suatu negara tak bisa banyak bergerak lantaran tertahan di rumah.
"Sebagai contoh, kalkulasi harga ritel sering mewajibkan adanya kunjungan fisik ke toko-toko. Tapi saat ini itu tidak mungkin dilakukan di banyak negara," ungkap IMF.
"Serupa, survey bisnis tentang rencana produksi dan investasi juga sulit dilakukan selama banyak wilayah yang menutup diri untuk sementara, atau tidak punya sumber daya untuk menanggapi kuesioner statistik," tambahnya.
Gangguan tersebut bakal mengakibatkan data seputar harga dan produksi, yang dianggap penting untuk kebijakan moneter dan stimulus fiskal, menjadi tertahan atau hanya sebatas perkiraan.
Â
Pembaruan Data
Pandemi yang terus berlanjut ini juga menyoroti pentingnya pembaharuan data secara frekuen, sehingga memungkinkan pembuat kebijakan mengambil keputusan tepat. "Banyak pelaku statistik resmi saat ini tidak cukup berguna untuk bisa menyajikan data terkini," tegas IMF.
IMF mengatakan, ada sejumlah cara untuk mengatasi tantangan ini, termasuk menggunakan sumber informasi alternatif. Misalnya, data harga ritel yang tak terpantau selama masa penutupan dapat digantikan oleh patokan harga online.
Beberapa negara telah melakukan hal tersebut. Semisal Inggris, yang mulai merilis buletin mingguan dengan menggunakan indikator baru dan eksperimental, termasuk indeks harga online dan data pengiriman harian untuk mengukur imbas virus corona terhadap inflasi dan perdagangan.
"Metode pengumpulan data dan sumber data yang inovatif diperlukan untuk mengatasi gangguan data yang signifikan akibat pandemi Covid-19," imbuh IMF.
"Semakin data akurat dan tepat informasi, maka itu akan membantu negara lebih efektif untuk mengatasi dampak krisis dan mulai merencanakan proses pemulihan," pungkasnya.
Advertisement