Sukses

Efek Corona, Industri Transportasi Baru Bisa Bangkit 2 Tahun Lagi

Selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, sektor pertansportasian akan terus menurun

Liputan6.com, Jakarta - Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Muhammad Ashari mengatakan untuk bisa keluar dari dampak pandemi Covid-19 perlu memperhatikan 3 aspek yakni ekonomi, kesehatan dan teknologi. Salah satu yang memengaruhi ekonomi yakni transportasi.

Selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, sektor pertansportasian akan terus menurun. Terutama pada permintaan untuk perjalanan masyarakat.

"Selama belum ada vaksin dan imun masyarakat masih belum kebal maka yang pertama demand untuk traveling masyarakat akan turun," kata Ashari dalam Webinar Kementerian Perhubungan bertajuk 'Kolaborasi Merespon Dampak Pandemi Covid-19 dan Strategi Recovery pada Tatanan Kehidupan Normal BAru di Sektor Transportasi', Jakarta, Selasa (2/6/2020).

Pandemi ini memukul sektor transportasi darat, laut dan udara. Termasuk transportasi berbasis daring seperti ojek online.

Ashari menilai sektor transportasi penumpang ini baru akan kembali pulih setelah 2 tahun. Namun, perbaikannya pun tidak akan kembali seperti semula.

"Akan kembali sekitar 2 tahun lagi, namun tidak akan sama persis dengan sebelumnya," ungkap Ashari.

Sehingga perlu solusi dari pemangku kebijakan. Dalam menyusun regulasi penting untuk memasukan protokol kesehatan bagi sektor transportasi ini.

 

2 dari 2 halaman

Maksimal Penumpang 60 Persen

Misalnnya jumlah penumpang harus dikurangi sehingga akan menyisakan 60 persen saja. Selain itu, perlu ada penjadwalan ulang dan prosedur tambahan bagi angkutan udara. Sebab jika ini tidak dilakukan, akan beresiko tinggi pada penularan virus asal Wuhan ini.

"Kalau pesawat ganti penumpang, pasti harus dilakukan sterilisasi," kata Ashari.

Integrasi Protokol Kesehatan dan Teknologi

Untuk itu perlu adanya integrasi antara kebijakan protokol kesehatan dengan teknologi. Integrasi keduanya diimplementasikan pada sektor transportasi. Misalnya dengan membuat sensor temperatur suhu tubuh manusia. Sehingga bisa mendeteksi suhu tubuh manusia baik dalam kerumunan maupun secara perorangan.

Teknologi ini sudah diterapkan pada Robot Raisa yang melayani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Universitas Airlangga. Ashari ini, teknologi yang sama juga bisa digunakan di sektor transportasi.

"Ini kalau menjadikan standar transportasi kita akan jadi lebih fleksibel dan cepat," kata dia.

Maka dari itu, ITS akan mengembangkan teknologi UV yang bisa dipasang terus menerus atau didekatkan. Kemudian privasi tempat duduk tiap orang dengan menggunakan teknologi.

Transportasi otonomus akan bersiap dipercepat di masyarakat. Akibat Covid-19 ini, perlu menyiapkan solusi berupa kebijakan untuk otonomus yang non autonomous. Seperti mobil listrik yang perlu dibuatkan standarnya.

"Dari ketiga ini insyaallah bisa membereskan dan akan lebih enjoy masuk ke fase kenormalan yang baru," kata dia mengakhiri.