Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu, mengaku optimis pemerintah bisa mengembalikan defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke posisi 3 persen dalam kurun waktu tiga tahun. Pernyataan ini merespon daripada pelebaran defisit dilakukan pemerintah dalam postur APBN 2020.
Diketahui, pemerintah kembali meperlebar defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 mencapai 6,34 persen atau setara dengan Rp 1.039,2 triliun.
Baca Juga
Angka ini lebih besar dari yang sudah ditetapkan dalam Perpres Nomor 54 tahun 2020 sebesar Rp 852,9 triliun atau sekitar 5,07 persen dari (Produk Domestik Bruto).
Advertisement
"Itu masih mungkin (menuju 3 persen) cuma memang kita harus hati-hati Kalau sekarang kita ada di 6,34 persen, recoverynya harus kita buat se-soft mungkin menuju ke 3 persen dalam 3 tahun," kata dia dalam video conference di jakarta, Kamis (4/6/2020).
Dia mengatakan, pada 2021 penurunan defisit APBN memang belum terlihat langsung secara tajam. Apalagi, defisit kali ini mencapai 6,34 persen. Sebab itu, membutuhkan waktu selama tiga tahun agar defisit APBN bisa kembali ke tiga persen.
"Kalau misalnya di 2021 turunnnya langsung ke 3 persen, itu bahaya bagi perekonomiannya justru. Terlalu cepat kontraksinya, peran pemerintah kan cukup besar juga di perekonomian, pemerintah berfungsi sebagai katalis," kata dia.
Â
Tak Bisa Turun Tajam
Febrio menyebut, jika tiba-tiba defisit turunnya terlalu tajam dalam periode satu tahun atau pada 2021 maka tidak baik bagi stabilitas ekonomi. Karena menyebabkan pertumbuhan terhadap PDB-nya tidak tercapai seperti diharapkan.
"Kalau pun ini diturunkan, kita bisa secara gradual. Katakanlah kita tahun ini 6,34 persen, lalu tahun depan itu masih di atas 4 persen, lalu tahun depannya masih di atas 4 persen juga. Lalu kemudian setelah itu bisa di bawah 3 persen. ini kita pantau terus," jelas dia.
Menurutnya komitmen pemerintah untuk kebijakan fiskal yang disiplin harus tetap dipegang teguh. Jika tidak, negara sebesar Indonesia sulit untuk menjaga stabilitas makro ekonominya.
"Dan ini sudah kita buktikan. Fiskal defisit itu di bawah 3p. itu fitur yang sangat pening bagi Indonesia," tandas dia.
Dwi Aditya Putra
Merdeka.com
Advertisement