Sukses

Laris Manis Saat Pandemi, Ekspor Perhiasan Naik 62 Persen

Ekspor nonmigas Indonesia masih didominasi oleh lima jenis komoditas produk, yakni batubara, CPO, perhiasan, besi baja, dan mesin-mesin elektrik.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan mencatat bahwa produk ekspor nonmigas Indonesia masih didominasi oleh lima jenis komoditas produk, yakni batubara, Crude Palm Oil (CPO), perhiasan, Besi Baja, dan mesin-mesin elektrik.

“Batubara yang mengalami penurunan 8,93 persen, CPO dan turunannya naik 13,43 persen, perhiasan naik 62, 13 persen, Besi Baja 36,0 persen, dan mesin-mesin elektrik  mencatatkan peningkatan yang cukup baik diangka  14,18 persen,” kata Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Srie Agustina, dalam web seminar (webinar) “Trade Remedi di Masa Pandemi: Peluang dan Tantangan”, Senin (8/6/2020).

Menurutnya, jika dilihat dari data-data tersebut, masa pandemi dan lockdown berefek pada turunnya batu bara. Namun kegiatan produksi untuk ekspor kebanyakan naik itu, ternyata tetap menunjukkan peningkatan yang signifikan terutama perhiasan yang naik sampai dengan 62,13 persen.

“Karena ternyata konsumen kita walaupun mereka di rumah tetap ingin cantik dan menarik dengan  perhiasan kualitas ekspor dari Indonesia,” ujarnya.

Lebih lanjut Srie menjelaskan, bahwa kinerja impor periode Januari–April 2020 Indonesia telah membukukan nilai impor sejumlah USD 39,1 miliar atau turun 3,7 persen dari total impor Januari-April 2019 yakni sebesar USD 40,7 miliar.

Impor tersebut terdiri atas produk migas yang meningkat sebesar 12,18 persen menjadi USD 5,3 miliar, dan produk nonmigas yang turun menjadi 5,8 persen atau USD 33,8 miliar.

“Lima produk utama impor nonmigas Indonesia pada periode Januari-April 2020 yang tercatat adalah yang menurun mesin pesawat mekanik 10,10 persen, besi dan baja 22,95 persen, barang dari plastik juga turun 8,65 persen, kendaraan dan bagiannya turun 18,06 persen, listrik 0,58 persen,” jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Impor

Kendati begitu, ia menyebut jika melihat postur kinerja impor non migas berdasarkan produk, yang patut menjadi  objek pendalaman lebih lanjut tentunya oleh Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia adalah gula dan kembang gula yang naik cukup signifikan sebanyak 45,12 persen, bahan bakar mineral naik 24 persen, dan ampas sisa industri makanan naik 18,56 persen.

Selain, itu ia juga meminta kepada  Ketua Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) Mardjoko, dan Ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), Bachrul Chairi, dimohon untuk concern agar bisa membantu lebih banyak turun ke lapangan dan mencari informasi, terkait apakah besi baja kategori tertentu , atau barang dari plastik impornya menurun.

“Namun ada keluhan dari industri dalam negeri  yang merasa terusik oleh impor besi dan baja dengan harga murah untuk mencegah keterpurukan ekonomi yang semakin dalam,” pungkasnya.