Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 ini akan negatif. Hal tersebut terjadi akibat dampak dari wabah virus Corona (Covid-19).
Namun demikian, Airlangga memperingatkan agar seluruh masyarakat segera bersiaga memperbaiki diri di kuartal III dan IV, sehingga proses pemulihan ekonomi bisa segera berlangsung.
Baca Juga
"Dampak terhadap Indonesia dia kuartal II ini kemungkinan masuk negatif. Namun kita terus harus menjaga agar kuartal III kuartal IV segera bisa restart," ujar dia dalam siaran pers online, Rabu (10/6/2020).
Advertisement
Oleh karenanya, pemerintah disebutnya telah berupaya untuk mempercepat program pemulihan ekonomi Indonesia. Hal tersebut dinilai perlu agar tidak semakin banyak tenaga kerja yang terkena aksi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Berdasarkan catatan yang dimilikinya, jumlah pekerja yang terkena PHK atau dirumahkan selama masa pandemi ini mencapai 1,8 juta jiwa. Sementara pekerja di sektor informal yang tidak terverifikasi 1,2 juta jiwa, dan warga yang belum masuk ke dalam lapangan kerja mencapai 7 juta jiwa.
"Karena kita cant afford negatif terlalu dalam karena nanti recovery-nya terlalu sulit. Dan juga tentu bagi Indonesia semakin lambat kita recovery maka semakin banyak tenaga kerja yang nganggur akan semakin besar," tuturnya.
Airlangga pun optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir 2020 nanti masih bisa positif 2,3 persen. Jumlah tersebut melampaui perkiraan International Monetary Fund (IMF) pada kisaran 0,5 persen.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020-2021 terlihat dari proyeksi IMF. Indonesia diperkirakan pada akhir tahun berada di angka 0-0,5 persen. Tetapi pemerintah tetap mendorong mulai dari 0,5-2,3 persen," pungkasnya.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mulai Merangkak Naik Bulan Ini
Sebelumnya, Tim Asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Raden Pardede, memperkirakan perekonomian Indonesia mulai menyentuh level exit the bottom atau mengalami pemulihan dan bergerak naik di bulan ini. Meskipun kenyataannya, ekonomi masih akan bergerak di wilayah negatif pada kuartal II 2020.
“Di Juni, ketika mulai opening the economy bertahap, ekonomi akan mulai bergerak naik,” katanya dalam diskusi virtual di Jakarta, Selasa (9/6).
Menurut dia, pergerakan ekonomi akan tergantung pada respons kebijakan pemerintah maupun bank sentral dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Misalnya, jaring pengaman sosial, restrukturisasi kredit, hingga pemberian bantuan kepada dunia usaha.
“Tanda-tanda naik ada saat exit di Juni, jadi program ini pada saat exit kita buka kegiatan ekonomi, maka mereka akan memerlukan dorongan-dorongan dari sisi fiskal maupun moneter,” kata Raden.
Pemulihan ekonomi, lanjutnya, masih terus berlangsung sejak bulan ini hingga adanya vaksin untuk menyembuhkan Covid-19. Namun dia tak bisa memastikan kapan ekonomi domestik akan kembali normal di kisaran 5 persen.
“Mudah-mudahan tahun depan kita dapat vaksin. Tapi ini di luar kontrol kita. Tapi butuh waktu setengah tahun, satu tahun, 2022, 2023, untuk pre-Covid-19,” tandasnya.
Advertisement