Sukses

BI: Neraca Dagang Surplus Bantu Jaga Ketahanan Ekonomi Indonesia

Secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Mei 2020 mencatat surplus USD 4,31 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia Mei 2020 mencatat surplus USD 2,09 miliar, setelah pada bulan sebelumnya defisit USD 372,1 juta. Surplus tersebut terutama didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit neraca perdagangan migas.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko menjelaskan, dengan realisasi pada Mei tersebut, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Mei 2020 mencatat surplus USD 4,31 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat defisit USD 2,68 miliar.

"Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia," jelas dia dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (16/6/2020).

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Impor Turun

Neraca perdagangan nonmigas Mei 2020 mencatat surplus sebesar USD 2,10 miliar, berbalik dari capaian bulan sebelumnya yang defisit USD 81,7 juta. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas sejalan dengan permintaan domestik yang melemah akibat merebaknya dampak COVID-19.

Penurunan impor nonmigas terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang.

Sementara itu, ekspor nonmigas menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang juga melambat, meskipun beberapa komoditas seperti emas, serta besi dan baja membaik.

Adapun neraca perdagangan migas pada Mei 2020 mencatat defisit sebesar USD 5,4 juta, lebih rendah dari defisit pada bulan sebelumnya sebesar USD 290,4 juta.

Perbaikan defisit ini dipengaruhi penurunan impor migas sejalan dengan penurunan permintaan minyak mentah dan hasil minyak, dan peningkatan ekspor migas, terutama pertambangan gas.