Sukses

Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II Bakal Minus 3,1 Persen

Berbagai lembaga keuangan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II negatif hingga -6 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai lembaga keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II negatif hingga -6 persen.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi hingga -3,1 persen pada kuartal II/2020.

"Meskipun pada kuartal I positif, namun kuartal kedua kami perkirakan akan terjadi kontraksi karena PSBB. Kami perkirakan negatif, minus 3,1 persen," ujarnya dalam press conference APBN Kita, Selasa (16/6/2020).

Pertumbuhan negatif ini, kata Sri Mulyani, disebabkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di banyak daerah yang memberi kontribusi besar terhadap ekonomi nasional.

Sri Mulyani juga menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh berbagai lembaga ekonomi dan keuangan dunia, yang hampir semuanya menyatakan negatif, bahkan hingga -6 persen.

"Hampir semuanya adalah negatif forecast-nya untuk kuartal II antara -3 sampai -6 persen," ujar Menkeu.

"Kemudian kuartal ketiga pertumbuhan ekonomi akan mulai membaik dan kuartal empat mulai positif," sambung dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Lebih Baik

Namun demikian, Menkeu juga memaparkan bahwa hasil asesmen terkini mengindikasikan kinerja kuartal II lebih baik dibandingkan hasil asesmen sebelumnya pada Mei 2020. Hal ini memberikan optimisme bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh positif di 2020.

Keberhasilan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) nantinya juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

"Perekonomian Indonesia 2020 akan sangat ditentukan apakah di kuartal ketiga akan sedikit lebih baik dari kuartal kedua, dan apakah di kuartal keempat memang akan ada paling tidak recovery yang mulai muncul," ujar dia.

Sementara ini, Pemerintah belum mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi sebelumnya, yakni -0,4 sampai dengan 2,3. Meskipun menurut Sri Mulyani, point estimate-nya sudah semakin mendekati di level antara 0 hingga 1 persen.