Sukses

Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari AS, Inggris, dan Jerman

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perekonomian Indonesia tahun 2020-2021 diproyeksikan masih positif

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ekonomi Indonesia tahun 2020-2021 diproyeksikan masih relatif positif dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika, Inggris, Prancis, dan lainnya.

“Berdasarkan berbagai survey,Indonesia bersama India dan Cina itu masih relatif positif dan beberapa prediksi dari IMF 0 persen dan world Bank 0,5 persen, Indonesia masih di jalur positif pertumbuhannya,” kata Airlangga dalam Webinar Reset & Transformasi Ekonomi bersama APINDO,HIPMI, dan KADIN, Kamis (18/6/2020).

Jika dibandingkan dengan negara lain, ia menyebut hampir seluruh negara menunjukkan pertumbuhan ekonomi negatif, bahkan Negara Amerika Serikat minus 9,7 persen, Inggris minus 15 persen,  Jerman minus 11  persen, dan Perancis minus 17 persen.

“Kalau kita lihat praktis seluruh negara yang merah, itu sudah masuk resesi dan kalau kita melihat di kuartal pertama Indonesia masih positif, tetapi di kuartal ketiga dengan adanya kuartal kedua karena  PSBB, Indonesia diprediksi masuk di dalam jalur minus yaitu sekitar minus 3,” ujarnya.

Menurutnya yang menyebabkan ekonomi Indonesia terkontraksi begitu dalam, dikarenakan segi konsumsi yang pertumbuhannya menurun, dari yang biasanya diatas 5 persen menjadi 2,7 persen,  lalu investasi 1,7 persen yang asalnya 5 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Konsumsi Pemerintah

Kendati begitu, dari segi konsumsi pemerintahan, ia mengatakan masih bisa menunjang atas belanja negara, yakni sebesar 3,7 persen, meskipun sebelumnya berada pada 5,2 persen. Begitupun dengan ekspor dan impor juga menurun.

Maka dari itu, Airlangga menyebut adanya pandemi covid-19 ini memberikan efek domino ke berbagai aspek, mulai dari kesehatan, sosial, ekonomi dan keuangan.

“Pandemi covid-19 ini memberikan tekanan pada perekonomian, baik dari sisi penawaran dan permintaan. Perlu upaya extra-ordinary dari Pemerintah untuk recovery perekonomian nasional Indonesia melalui empat pilar kesehatan, sosial, ekonomi, dan keuangan,” pungkasnya.