Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) kembali melakukan sharing pengetahuan dengan New Zealand. Sharing dilakukan dalam The 2nd International Webinar: The Indonesia New Zealand Partnership: Defining A Strategy For Indonesian Resilience And Recovery To Covid-19 Through Agriculture And Horticulture, Jumat (19/06).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberikan apresiasinya untuk kegiatan ini. Menurutnya, pandemi Covid-19 telah menyerang secara global.
Baca Juga
“Seluruh dunia terdampak. Seluruh sektor terdampak, begitu juga pertanian. Untuk itu, kita ingin sharing ke negara lain bagaimana cara menghadapi atau melewati situasi ini. Dan New Zealand termasuk negara yang mampu menghadapi Covid-19 dengan baik,” tuturnya.
Advertisement
Webinar internasional sendiri menghadirkan Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa dan Tonga, Tantowi Yahya, First Secretary Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta Jack Lee, kemudian Julian Heyes and Dr. Janet Reid dari Massey University, Selandia Baru.
Menurut Dedi Nursyamsi, pandemi Covid-19 telah mempengaruhi lini kehidupan manusia. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh dunia.
“Dampaknya multidimensi mulai dari kesehatan, sosial budaya, ekonomi, pendidikan, keagamaan, hingga pertanian dan pangan. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pencegahan penyebaran Covid-19 melalui penerapan pembatasan sosial besar-besaran (PSBB) beberapa waktu. Dan sekarang kita sedang memasuki era New Normal,” tuturnya.
Dedi menjelaskan jika kondisi ini sangat mempengaruhi proses penyediaan pangan bagi masyarakat. Sebab, aktivitas produksi pertanian terganggu, begitu juga hasil produksi, distribusi baik input pertanian maupun produk pertanian ke konsumen, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan rumah tangga petani.
“Menyikapinya, Kementerian Pertanian menerapkan kebijakan penanganan Covid-19 melalui Program Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan Jangka Panjang. Untuk Program Jangka Pendek, Kementerian Pertanian menerapkan jaring pengaman sosial (social safety net) dan program padat karya dengan terus berproduksi bagi penyediaan pangan 267 juta orang penduduk Indonesia,” tuturnya.
Program Jangka Menengah dan Panjang
Pada Program Jangka Menengah, Kementerian Pertanian menerapkan kebijakan melalui Kostratani untuk tetap menyediakan pangan bagi 267 juta jiwa penduduk Indonesia, dan mendorong peningkatan kesejahteraan petani serta peningkatan ekspor.
Sedangkan untuk Program Jangka Panjang, Kementerian Pertanian mengimplementasikan kebijakan regenerasi petani untuk mengamankan pembangunan pertanian Indonesia di masa yang akan datang.
“Untuk mengantisipasi krisis pangan dan kekeringan di tahun 2020 maupun di tahun 2021, serta recovery dampak Covid-19, Kementerian Pertanian mempersiapkan langkah-langkah antisipasi berupa melakukan Gerakan Bersama Tim Supervisi dan Pendampingan Program Utama Kementerian Pertanian yang terdiri dari Kementerian Pertanian Pusat, UPT, Pemda Provinsi dan Kabupaten,” katanya.
Kegiatannya antara lain memantau dan memastikan kesiapan percepatan tanam Musim Tanam II tahun 2020. Khususnya, pengolahan lahan untuk pertanaman, penyiapan benih dan pupuk serta sarpras lainnya, pembiayaan pertanian melalui KUR, dan operasionalisasi alat dan mesin pertanian.
Kemudian memantau dan memastikan kesiapan cadangan beras tingkat provinsi dan kabupaten kota, memastikan agar para PPL mengkoordinasikan cadangan Beras tingkat Desa dan Masyarakat dengan memfungsikan Kostratani, dan Mensosialisasikan gerakan diversifikasi pangan lokal dengan slogan "Indah, Bahagia dengan Makanan Lokal".
“Pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran berharga kepada kita semua. Covid-19 telah menguji sistem ketahanan pangan kita dari hulu sampai dengan hilir. Sistem pangan yang sudah ada sekarang ini baik yang di Negara maju maupun Negara berkembang tetap terpengaruh dengan Covid-19. Sehingga kita harus saling membantu dengan peran kita masing-masing,” tutur Dedi Nursyamsi lagi.
Sementara Duta Besar Republik Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa dan Tonga Tantowi Yahya, mengatakan, New Zealand telah menghadapi setidaknya dua masa sulit sebelumnya.
“New Zealand mampu bangkit dari dua situasi sulit. Selain Covid-19 yang bisa ditekan, New Zealand juga sempat dihadapkan pada krisis saat tragedi penembakan di Christchurch. Tapi semua bisa dilewatkan dengan baik,” tuturnya.
Tantowi Yahya menambahkan, dalam mengambil keputusan, pemerintah New Zealand banyak mendengarkan masukan dari akademisi maupun ilmuwan. Selain itu, komunikasi dari pihak pemerintah juga membantu.
Advertisement