Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa kembali menyentuh dikisaran 5 persen pada 2021 mendatang.
Menurutnya pertumbuhan itu bisa menjadi titik balik bagi Indonesia pasca pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi RI anjlok di tahun ini.
"Kita bisa melihat proyeksi tahun 2021 di mana kami memperkirakan pertumbuhannya (pertumbuhan ekonomi) ada di kisaran 4,5-5,5 persen," kata Sri Mulyani di Ruang Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Advertisement
Sri Mulyani menyebut terpenting saat ini adalah kerja keras pemerintah untuk mengejar ketertinggalan ekonomi di tahun ini.
Di mana, seluruh bauran kebijakan nantinya akan dikeluarkan untuk memperbaiki ekonomi di kuartal ke III dan IV di 2020.
Baca Juga
"Ini lah yang sekarang menjadi fokus pemerintah dalam menggunakan instrumen kebijakannya dan tentunya pak gubernur akan terus mengawal agar momentum pemulihan di kuartal III dan IV bisa terealisasi dengan beban baik di APBN maupun moneter tetap terjaga secara bersama," katanya
Sri Mulyani meyakini, dengan berbagai upaya dan kerja keras dilakukan pemerintah di tahun ini, maka akan memberikan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi di 2021 menjadi titik balik perbaikan bagi ekonomi nasional.
"Ini kemudian bisa diharapkan menimbulkan confident bagi kita untuk bisa melihat proyeksi tahun 2021," katanya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 hanya 0,9 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 menurun. Pada akhir tahun 2020 perekonomian nasional berada pada kisaran 0,9 persen sampai 1,9 persen pada 2020.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan menurun pada kisaran 0,9 persen-1,9 persen pada 2020," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (16/6/2020).
Perry melanjutakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal kedua tahun ini juga menurun. Meskipun berdasarkan perkembangan terkini menunjukkan berkurangnya berbagai tekanan.
"Pertumbuhan ekonomi nasional diprakirakan menurun pada triwulan II 2020, meskipun perkembangan terkini menunjukkan tekanan mulai berkurang,"
Perry menjabarkan kondisi ekspor menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi juga menurun akibat pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengurangi aktivitas ekonomi.
Perkembangan bulan Mei 2020 mengindikasikan tekanan terhadap perekonomian domestik mulai berkurang. Kontraksi ekspor terlihat tidak sedalam prakiraan sebelumnya sejalan peningkatan permintaan dari China.
Advertisement
Indikator Lain
Beberapa indikator dini permintaan domestik juga mengindikasikan perekonomian telah berada di level terendah dan mulai memasuki tahapan pemulihan. Hal ini tercermin dari penjualan semen, penjualan ritel, PMI, dan ekspektasi konsumen yang lebih baik dari capaian bulan sebelumnya.
Perry memprakirakan proses pemulihan ekonomi baru mulai menguat pada kuartal-III 2020 . Hal ini sejalan dengan relaksasi kebijakan PSBB sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan yang ditempuh.
Pertumbuhan ekonomi nasional akan kembali meningkat pada kisaran 5 persen sampai 6 persen pada tahun 2021. Tentunya ini didorong dampak perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia.
Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh dapat semakin efektif dalam mendorong pemulihan ekonomi selama dan pasca Covid-19.
Merdeka.com