Sukses

5 Sektor Ini Disiapkan Hadapi Revolusi Industri 4.0

Pemerintah tengah mempersiapkan pendidikan vokasi untuk siap menghadapi revolusi industri 4.0

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mempersiapkan pendidikan vokasi untuk siap menghadapi revolusi industri 4.0, termasuk mendorong pendidikan vokasi secara digital.

"Untuk mengejar revolusi industri 4.0 ini kita harus kuat tidak hanya dari sumber daya alam saja. Tetapi juga investasi, teknologi, sampai SDM. Apalagi pakem negara maju tidak bergantung pada alamnya. Indonesia seharusnya menjadikan alam sebagai dorongan untuk memajukan industri," ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri Kemenperin, Eko SA Cahyanto dalam MarkPlus Government Roundtable dengan tema Pendidikan Vokasi Digital, Senin (22/6/2020).

Eko menyebutkan ada lima sektor yang menjadi prioritas implementasi deklarasi tersebut, yaitu industri makanan dan minuman, otomotif, tekstil dan produk tekstil, elektronika, dan petrochemical termasuk farmasi. Lima sektor industri ini adalah yang diperlukan di masa depan, termasuk sekitar 70 persen pendapatan negara dari pajak berasal dari lima sektor tersebut.

Dari ekspor pun devisanya tergolong besar. Belum lagi sektor-sektor industri inilah yang menyerap 70 persen tenaga kerja di Indonesia. Maka dari itu pendidikan vokasi bisa menjembatani SDM dengan industri terpilih. Salah satunya adalah dengan memperbaharui kurikulum di pendidikan vokasi dengan industri-industri masa depan tersebut.

"Kami mendorong link and match antara pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri di masa mendatang, setidaknya lima tahun ke depan. Sehingga apa yang dipelajari sekarang oleh lulusan vokasi bisa relevan dengan kemampuan yang dibutuhkan industri masa depan," ungkap Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud , Wikan Sakarinto dalam kesempatan yang sama.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kurikulum

Wikan mengajak para pelaku industri untuk sama-sama membuat kurikulum. Agar nanti yang dipelajari siswa pendidikan vokasi bisa langsung digunakan ketika lulus. Bahkan kalau bisa langsung on the job training agar bisa lebih hemat secara anggaran.

Termasuk salah satunya adalah dengan pengembangan pendidikan vokasi berbasis digital. Hal ini cukup menantang mengingat sekitar 70 persen pendidikan vokasi adalah praktik dengan sisanya praktik.

Namun kondisi pandemi membuka jalan ke arah sana. Berbekal smartphone dan akses internet membuat pendidikan vokasi berbasis digital terbuka lebar. Setidaknya apa yang bisa dipelajari lewat digital bisa dilakukan di sana.

"Jelang 2025 diprediksi manusia akan mulai diganti robot. Namun dengan memaksimalkan potensi sampai mencocokkan lulusan dengan kebutuhan industri masa depan, kami yakin Indonesia bisa mencetak lulusan dengan skill-skill terbaru," tutup Eko Cahyanto.