Liputan6.com, Jakarta Akses modal dan akses pasar adalah dua hal kunci yang menentukan bisa tidaknya UMKM naik kelas, alias ekspansi dan meningkatkan skala usahanya ke kelas yang lebih tinggi. Tentunya, semakin tinggi kelas yang ingin Anda capai, semakin besar juga nominal modal yang dibutuhkan.
Lalu apa saja Langkah persiapan yang perlu dilakukan? Untuk lebih lengkapnya, berikut tips mengenai 5 hal yang perlu dilakukan UMKM sebelum mengakses modal, dilansir dari laman ukmindonesia.id, Jumat (26/6/2020).
Baca Juga
1. Menghitung kebutuhan modal berdasarkan rencana usaha
Advertisement
Menyusun rencana usaha (business plan) yang matang mutlak harus dilakukan sebelum mengakses modal.
Terlebih jika modal yang ingin diakses lebih dari Rp 500 juta. Pada Rencana Usaha, sejatinya tertuang target-target kinerja utama (Key Performance Indicator) yang ingin dicapai perusahaan.
Baik berupa tingkat omset atau pendapatan, margin laba, meningkatkan nilai aset, ataupun kapasitas produksi.
Kebutuhan modal semestinya dihitung berdasarkan kebutuhan perusahaan untuk bisa mencapai target-target tersebut. Misalnya, dalam 3 tahun ke depan, perusahaan ingin meningkatkan pendapatan usaha 10 kali lipat.
Untuk itu, jaringan distribusi perlu diperluas dari 100 menjadi 1500 mitra penjualan; sehingga kapasitas produksi pun mau tidak mau harus ditingkatkan agar dapat memasok ke 1500 mitra penjualan tersebut.
Kemudian rincikan juga untuk menopang biaya tetap (overhead) untuk operasional usaha disebut operational expenditure (OPEX), umumnya mencakup gaji karyawan, air, listrik, internet, bahan baku, dan sebagainya.
2. Mengenal ragam akses modal
Jenis akses modal ada yang bersifat pinjaman (harus dicicil dan kembalikan). Ada yang penanaman modal atau ekuitas (tidak perlu dikembalikan, tetapi berbagi kepemilikan dan pengendalian perusahaan).
Pinjaman atau kredit pun bermacam-macam jenisnya. Ada yang Syariah, ada yang Konvensional. Ada kredit investasi (untuk membiayai kebutuhan capex), ada kredit modal kerja (untuk membiayai opex), ada juga kredit sebagai dana talangan berupa invoice financing. Keseluruhan ragam akses modal ini perlu kita pahami lebih kurangnya, dikaitkan dengan kebutuhan spesifik perusahaan di saat tertentu.
Saksikan video di bawah ini:
3. Menghitung aset dan nilai perusahaan untuk negosiasi
Aset tidak sama dengan nilai perusahaan. Keduanya perlu dihitung dalam negosiasi dengan calon investor.
Dalam praktik, penyedia dana pinjaman saat ini ada yang konservatif (memegang prinsip-prinsip baku tradisional dunia perbankan) dan ada yang lebih progresif.
Perbankan secara umum adalah yang konservatif, karena dalam mengevaluasi permohonan kredit, nilai aset yang dievaluasi hanya aset tetap, khususnya berupa tanah dan bangunan. Mesin, bahkan kendaraan umumnya tidak diterima.
Sementara yang lebih progresif antara lain adalah perusahaan leasing yang memang kekhususannya di penyaluran kredit untuk membeli kendaraan, pegadaian (dimana laptop pun bisa diterima untuk digadai atau dijaminkan walau valuasi atau penilaiannya bisa membuat pemohon pinjaman rada gigit jari, misalnya, gadai laptop Cuma dapat Rp1 juta).
4. Mendiskusikan detail perjanjian dengan calon investor
Setelah tahu persis dengan aset perusahaan, dari aset tradisional sampai aset digital, yang berwujud sampai yang tidak berwujud, Anda akan tahu jelas bagaimana posisi tawar.
Terlepas dari bagaimanapun profil aset Anda, penting untuk mengetahui aspek-aspek perjanjian yang penting sekali untuk Anda perhatikan, sebelum menandatangani perjanjian Kerjasama permodalan.
Untuk skema ekuitas, yang penting adalah besaran suntikan modal, saham yang diminta, dukungan non-finansial yang dapat diberi investor (seperti mentor ahli, teknologi, jaringan, dan lainnya).
Kemudian penempatan direksi atau komisaris oleh investor, dan prosedur tata kelola yang ingin diterapkan, khususnya terkait keuangan (apakah setiap pengeluaran memerlukan tanda tangan pihak investor dulu sebelum dikeluarkan, dan sebagainya).
5. Mengevaluasi biaya modal
Semakin besar modal yang ingin diakses, umumnya semakin banyak pihak yang ingin Anda temui agar bisa menambah referensi.
Mengevaluasi biaya modal bunga pinjaman 12 persen per tahun apakah lebih mahal atau murah dibanding melepas saham 10 persen? Ada kebebasan jika meminjam modal titik bank tidak menuntut laporan selama pembayaran cicilan lancar.
Jika melepas saham akan diminta laporan rutin tapi perusahaan juga justru bisa mendapat masukan dari mitra investor. Murah atau mahal nya tidak dapat dinilai dari biaya dan manfaat nominal uang saja aspek non uang juga perlu dievaluasi.
Advertisement