Sukses

Lonjakan Kasus Corona Bawa Harga Minyak Merosot

Harga minyak mentah Brent berjangka turun 14 sen menjadi USD 40,9.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak merosot pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) dan menghapus kenaikan harga sebelumnya. Hal ini karena kasus baru virus corona melonjak di Amerika Serikat dan Cina, sementara stok minyak mentah mencapai rekor tertinggi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (27/6/2020), harga minyak mentah Brent berjangka turun 14 sen menjadi USD 40,9. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun 23 sen atau 0,6 persen menjadi USD 38,49 per barel.

Harga minyak Brent berada di jalur penurunan mingguan sebesar 3,1 persen dan minyak mentah AS menuju penurunan mingguan 3,6 persen, setelah rekor data persediaan minyak mentah AS menyeret harga turun pada Rabu kemarin.

Sebelumnya, kenaikan harga minyak didorong oleh optimisme atas peningkatan trafik lalu lintas jalan yang meningkatkan permintaan bahan bakar.

Namun, muncul kekhawatiran akan melonjaknya infeksi virus corona di negara-negara bagian AS yang mengkonsumsi bensin dapat menghambat pemulihan permintaan. Kasus telah meningkat tajam di California, Texas dan Florida, tiga negara bagian AS yang paling padat penduduknya.

Pada Jumat pagi, Gubernur Texas Greg Abbott membatalkan rencana pembukaan kembali negara bagian itu, memerintahkan sebagian besar bar ditutup karena meningkatnya kasus.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Prospek Ekonomi

Prospek ekonomi global juga telah memburuk atau paling tidak tak bergerak dari bulan lalu, sepeerti dikatakan oleh mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters. Sementara resesi yang sedang berlangsung diprediksi akan lebih dalam dari perkiraan sebelumnya.

Sebuah survei di wilayah penghasil minyak dan gas utama AS oleh Dallas Federal Reserve Bank menemukan lebih dari separuhnya memangkas produksi dan berharap untuk melanjutkan beberapa output pada akhir Juli.

Perusahaan energi AS dan Kanada memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi ke rekor terendah pada minggu ini, menurut data dari Baker Hughes.