Liputan6.com, Jakarta - Dalam situasi penuh ketidakpastian seperti saat ini, masyarakat mau tidak mau harus merencanakan ulang keuangan dan tabungan mereka. Terutama bagi yang terimbas pemutusan kerja dari mandeknya perekonomian dalam negeri.
"Orang menarik uangnya dari bank, ada dua motif, satu untuk dibelanjakan karena dia memang sekarang sedang tidak bekerja maka dia mantab - makan tabungan, maka kalau seperti itu narik uangnya terus dibelanjakan," ujar Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sunarso di Gedung BRI, Jakarta, Sabtu (27/6/2020).
Dengan demikian, menurut Sunarso telah terjadi perputaran ekonomi. Dimana kegiatan konsumsi atau belanja (demand) ini akan berpengaruh pada sisi produksi (supply).
Advertisement
Baca Juga
"Bahwa narik uang tadi, uangnya ditarik oleh pembeli, kemudian dibayarkan kepada penjual, kemudian penjual tadi naruh uangnya dimana, apakah di bank atau digunakan muter sebagai modal kerja, itu juga menumbuhkan perekonomian, itu nggak masalah," jelas Sunarso.
Motif kedua, yang dinilai Sunarso justru berbahaya, yakni menarik uang untuk disimpan secara tunai di rumah. Sebab, uang tersebut tidak akan produtif karena tidak digunakan dalam transaksi. Selain itu, juga rawan hilang.
"Yang kedua yang bahaya. Uang sedang tidak dibutuhkan, karena takut nggak aman di bank lalu ditarik dan disimpan di bawah bantal. Nah itu yang bahaya, karena uang ini akan nganggur dan tidak produktif, tidak memutar kondisi keuangan," beber dia.
Jaga Kepercayaan Masyarakat
Oleh karena itu, Sunarso menegaskan bahwa, selain menjaga kepercayaan masyarakat kepada sistem perbankan, yang tak kalah penting adalah memastikan perputaran uang dapat secara produktif memutar perekonomian.
"Ini sama pentingnya antara menjaga kepercyaan masyarakat kepada sistem perbankan, dan menarik uang untuk digunakan secara produktif untuk memutar perekonomian, itu sama-sama penting," tasndasnya.
Advertisement