Sukses

Viral WNA Australia Masuk Jajaran Direksi BUMN, Begini Penjelasan Kementerian BUMN

Nama Antonius Reiner memang tercatat sebagai Direktur Transformasi Bisnis di Pertamedika. Anak usaha BUMN.

Liputan6.com, Jakarta
Pekan ini, beredar postingan melalui akun media sosial yang menyebutkan adanya direksi BUMN yang merupakan Warga Negara Asing (WNA).
 
Disebut-sebut, warga negara Australia bernama Antonius Reiner ditunjuk sebagai direktur di PT Pertamina Bina Medika (Pertamedika) IHC. Dikabarkan pula, ini pertama kalinya direksi BUMN diambil dari kalangan asing.
 
Netizen yang memposting informasi tersebut menyayangkan hal ini seolah Indonesia kekurangan generasi penerus sampai harus mencatut WNA di tubuh BUMN. 
 
Menanggapi hal itu, Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga angkat bicara. Dia mengklarifikasi bahwa perusahaan yang dimaksud bukan BUMN, melainkan anak usaha BUMN. Pun, Antonius adalah seorang diaspora yang ditarik kembali untuk membantu membangun Indonesia. 
 
"Itu di anak usaha BUMN, ya, bukan BUMNnya, beda. Lalu, kita pilih diaspora, dia orang Indonesia, di luar negeri, kita tarik lagi ke Indonesia, dia orang Indonesia lahir di Indonesia. Sekolah di Indonesia. Nah, kuliah dan berkarier di luar negeri, itu kita tarik untuk membangun anak usaha BUMN," jelas Arya saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (28/6/2020). 
 
Adapun saat Liputan6.com menelusuri laman resmi Pertamedika, nama Antonius Reiner memang tercatat sebagai Direktur Transformasi Bisnis. Hal itu didasarkan pada keputusan pemegang saham secara sirkuler PT Pertamina Bina Medika IHC tentang pergantian direksi.
 
Arya juga membantah jika ini pertama kalinya BUMN memiliki direksi WNA. Perusahaan seperti Garuda, Telkomsel, Mandiri Sekuritas dan lainnya juga pernah memiliki direksi WNA. 
 
"Kalau dibilang ini baru pertama? Ya enggak, bahkan dulu pernah di Garuda ada direksi yang namanya Erik Meijer, itu pernah coba dicek. Lalu Telkomsel ada, Mandiri Sekuritas ada," ujarnya. 
 
Arya lantas menyayangkan mengapa keputusan ini harus diributkan padahal pernah dilakukan sebelumnya. 
 
"Kalau sekarang dipertanyakan ini orang-orang pada lupa apa gimana, ya, Garuda pernah loh nggak ada masalah nggak ada ribut, kok sekarang diributkan, makanya kita bingung, apalagi ini diaspora yang kita ajak kembali ke Indonesia untuk membangun anak usaha BUMN," pungkasnya. 
 
 
 
 
 

Saksikan video di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Akademisi Gagas Terbentuknya Pusat Studi BUMN

BUMN menjadi salah pilar penting dari negara yang keberadaan dan perannya turut mempengaruhi pencapaian tujuan bernegara yakni mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal itu terungkap dalam diskusi online sejumlah akademisi lintas kampus dalam membahas Tata kelola BUMN dan kepemimpinan Menteri Erick Thohir selama kurang lebih delapan bulan terakhir.

Dr. Mursalim Nohong, M,Si dari Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin berpandangan bahwa program restrukturisasi manajerial BUMN yang dilakukan saat ini merupakan proyek jangka panjang yang tentu tidak bisa selesai dalam satu periode menteri sekaligus langkah awal dari sebuah kerangka milestones memperbaiki kondisi internal perusahaan-perusahaan plat merah untuk mewujudkan BUMN yang bernilai bagi pemangku kepentingan.

Bahkan Mursalim memberi semacam challenge kepada Menteri Erick Thohir agar restrukturisasi manajerial sekaligus memandatory struktur (Direksi dan Komisaris) yang terbentuk untuk secara bersama bergerak menuju BUMN pencipta nilai.

"Prinsip kerjanya adalah tetap mengedepankan profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran yang dibangun dalam mendorong perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yakni sistem ekonomi yang mengedepankan kerakyatatan dan kebangsaan," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (27/6/2020).

Sedangkan akademisi dari Universitas Negeri Jember, Dr. Hari Sukarno,MM menyarankan kalau perlu dalam situsi pandemi Covid19 seperti ini, Erick Thohir tidak sekedar melakukan inovasi dan kreatif tapi mulai berani melakukan akrobatik (out of the box) dalam menata BUMN yang penting memastikan bahwa tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat tercapai.

Erick Thohir perlu mengedepankan soal kinerja dalam mengganti seorang Direksi BUMN. Jika melihat kinerjanya bagus dan trend-nya naik maka sebaiknya Direktur yang bersangkutan dipertahankan.

Namun sebaliknya, jika muncul tanda-tanda yang mengarah pada kinerja mulai decline maka sebaiknya segera diganti agar BUMN tidak collaps lebih dulu baru diganti. Selain itu, rencana untuk merampingkan klaster BUMN dari 27 menjadi 12 klaster tidak serta-merta diartikan sebagai merger ataupun holding company tapi lebih pada orientasi mutualism symbiosis antar BUMN.

Â