Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS)Â menguat pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), dan menutup kinerja kuartalan terbaik dalam beberapa dekade.
Mengutip CNBC, Rabu (1/7/2020), Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 217,08 poin atau 0,9 persen ditutup di angka 25.812,88. Untuk indeks S&P 500 naik 1,5 persen dan mengakhiri hari di 3.100,29. Sedangkan dan Nasdaq Composite naik 1,9 persen ke level 10.058,77.
Rata-rata gerak indeks acuan utama di bursa Amerika Serikat (AS) ini mencapai rekor tertinggi di di jam detik-detik terakhir perdagangan.
Advertisement
Dow Jones mengakhiri kuartal kedua 2020 dengan kenaikan 17,8 persen. Ini adalah reli kuartalan terbesar rata-rata sejak kuartal pertama 1987, ketika melonjak 21,6 persen.
Untuk S&P 500 juga mengalami lonjakan seperempat terbesar sejak kuartal keempat 1998, melonjak hampir 20 persen.
Sementara itu, Nasdaq Composite melonjak 30,6 persen untuk kuartal ini, yang merupakan kinerja kuartalan terbaik sejak 1999.
"Kombinasi antara stimulus, tren penurunan inveksi virus Corona, pembukaan kembali ekonomi dan harapan penemuan vaksin mendorong harga saham lebih tinggi di kuartal II," tulis Tom Essaye, pendiri The Sevens Report.
"Di kuartal III ini hanya tinggal satu sentimen saja yang tersisa yaitu stimulus. Artinya memang perlu lebih banyak kekuatan untuk mendukung penguatan pasar saham. Jika terjadi kekecewaan akan stimulus maka dampaknya akan jauh lebih buruk." lanjut dia.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Gerak Saham
Saham Facebook dan Amazon masing-masing naik 2,9 persen dan memimpin kenaikan Wall Street pada perdagangan Selasa. Sementara Netflix naik 1,7 persen.
Saham Micron juga berkontribusi mendorong kenaikan bursa saham di AS dengan naik lebih dari 4 persen setelah laporan pendapatan perusahaan yang lebih baik dari perkiraan.
Saham Lululemon naik 6 persen di tengah berita pihaknya akan mengakuisisi perusahaan kebugaran Mirror senilai USD 500 juta.
"Sulit untuk melihat pasar saham terus seperti ini selama musim panas," kata Quincy Krosby, kepala analis Prudential Financial.
Dia mencatat pasar saham bisa menjadi semakin fluktuatif jika jumlah kasus virus Corona terus meningkat dan jika beberapa pengobatan virus termasuk pencarian vaksin gagal.
Advertisement