Sukses

Resmi, 7 Rumah Sakit Bergabung Jadi Holding RS BUMN

Tahap awal roadmap pembentukan Holding RS BUMN telah dimulai sejak tahun 2018.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Bina Medika IHC secara resmi mengambil alih saham 7 Rumah Sakit BUMN sebagai bentuk tindak lanjut dari rencana Menteri BUMN Erick Thohir untuk mengkonsolidasikan rumah sakit BUMN dalam holding.

Persetujuan ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian pengambilalihan saham bersyarat (conditional sales and purchase agreement/CSPA) antara kedua belah pihak.

Erick Thohir menyatakan, integrasi RS BUMN ini akan meningkatkan fokus bisnis dan kualitas pelayanan kesehatan serta menjadikannya pemimpin pasar dalam bisnis rumah sakit di Indonesia.

"Secara konsolidasi grup RS BUMN diestimasikan memiliki pendapatan usaha hingga mencapai Rp 4,5 triliun dan total aset mendekati Rp 5 triliun," ujar dia dalam keterangan resmi, sebagaimana ditulis Rabu (1/7/2020).

Adapun, ke-7 rumah sakit itu ialah Krakatau Medika (milik Krakatau Steel), Rumah Sakit Pelabuhan (milik Pelindo II), Pelindo Husada Citra (milik Pelindo III), Nusantara Medika Utama (milik PTPN X), Nusantara Sebelas Medika (milik PTPN XI), Rolas Nusantara Medika (milik PTPN XII) dan Rumah Sakit Bakti Timah (milik Timah).

Tahap awal roadmap pembentukan Holding RS BUMN telah dimulai sejak tahun 2018. Saat ini Pertamedika IHC telah memiliki saham mayoritas atas salah satu RS BUMN ternama yaitu RS Pelni.

RS Pelni memiliki kinerja operasional dan keuangan yang sangat baik didorong oleh kekuatan utama dalam bidang digitalisasi layanan berbasis Information Technology.

Saat ini RS Pelni melayani pasien BPJS yang menjadikannya salah satu rumah sakit dengan layanan BPJS terbaik dan terbesar di Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Grup BUMN

Saat ini grup BUMN rata-rata memiliki 2-4 rumah sakit, dengan posisi sebaran cenderung terkonsentrasi pada satu wilayah seperti Jawa Timur untuk grup PTPN X–XII dan Pelindo 3, atau wilayah Bangka Belitung untuk grup Timah.

Pembentukan Grup Indonesia Healthcare Corporation (IHC) yang dipimpin oleh Pertamedika IHC ini bertujuan untuk memperluas cakupan wilayah pelayanan serta mengembangkan cakupan pasar Rumah Sakit BUMN Indonesia hingga mencapai 80 persen dalam lingkup pasar BUMN.

Jumlah rumah sakit yang akan dikelola dalam grup IHC ini akan meningkat dari sebelumnya 14 RS menjadi total 35 RS dan akan terus bertambah setelah selesainya implementasi roadmap Holding RS BUMN.

Konsolidasi 35 RS ini akan meningkatkan kapasitas grup IHC dengan jumlah lebih dari 4.500 tempat tidur di berbagai wilayah Indonesia.

Hal ini akan mendorong pengembangan skala bisnis secara signifikan dan pengembangan jangkauan cakupan usaha Grup IHC di Indonesia, bahkan kedepannya diharapkan dapat ekspansi ke negara tetangga.

"Penggabungan ini akan menerapkan standarisasi kualitas dan operasional layanan di jaringan rumah sakit anggota holding seluruh Indonesia, dan hal itu identik dengan peningkatan pelayanan dan sekaligus meningkatkan keahlian para expert, artinya kita mendorong RS milik bangsa Indonesia meraih kepercayaan masyarakat Indonesia untuk memilih berobat di RS negeri sendiri, dibanding ke luar negeri," imbuh Erick.

 

3 dari 3 halaman

Konsolidasi

Pada kesempatan yang sama Direktur Utama Pertamedika IHC, Fathema Djan Rahmat, mengatakan bahwa dua fase konsolidasi rumah sakit milik BUMN merupakan sinergi untuk membangun fondasi yang kuat dalam holding RS.

"Kami berkomitmen menyelesaikan Fase ketiga dalam waktu dekat ini, sehingga nanti Indonesia Healthcare Corporation akan menjadi rumah sakit jaringan terbesar di Indonesia. Value of Synergy & Value of Creation yang tercipta dalam proses konsolidasi ini akan menciptakan peluang besar pertumbuhan dan pemulihan ekonomi dari Healthcare Industry Sector," pungkasnya.

Sejauh ini dipetakan beberapa strategi untuk pengembangan grup IHC kedepannya terkait peningkatan pelayanan, operasional, inovasi teknologi dan keseluruhan value chain. Beberapa inisitatif untuk mendukung strategi tersebut antara lain meningkatkan efisiensi untuk pengadaan obat dan alat kesehatan, digitalisasi, pengembangan laboratorium dan klinik-klinik.