Liputan6.com, Jakarta - Nilai rupiah rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Kamis ini. Namun rupiah masih berpeluang untuk menguat tipis seiring membaiknya data ekonomi global.
Mengutip Bloomberg, Kamis (2/7/2020), rupiah dibuka di angka 14.293 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.282 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah terus melemah ke 14.335 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.261 per dolar AS hingga 14.335 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 3,38 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.516 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.341 per dolar AS.
Baca Juga
Meski bergerak melemah, namun rupiah masih berpeluang untuk menguat tipis seiring membaiknya data ekonomi global.
"Rilisan data ekonomi AS yaitu data tenaga kerja dan data indeks aktivitas manufaktur bulan Juni semalam memberikan sentimen positif ke aset berisiko, karena data menunjukkan pemulihan ekonomi di tengah pembukaan kembali aktivitas ekonomi meski pandemi COVID-19 masih berlangsung," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Kamis (2/7/2020).
Selain itu, lanjut Ariston, pasar juga mendapat kabar baik dari kemajuan penemuan vaksin oleh perusahaan farmasi Pfizer.
Pagi ini, sejumlah aset berisiko Asia seperti indeks saham dan nilai tukar pasar berkembang terlihat menguat.
Namun demikian, sentimen negatif yang masih membayangi pergerakan pasar bisa menutupi sentimen positif tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prediksi Pergerakan Rupiah
Selain kekhawatiran pasar dengan terus meningginya kasus COVID-19 di dunia dan potensi gelombang kedua pandemi, pasar juga mendapatkan sentimen negatif baru dari disetujuinya UU pemberian sanksi bagi perbankan AS yang berbisnis dengan pejabat China yang menerapkan UU keamanan Hong Kong.
"Ini artinya UU sanksi ini sudah disetujui oleh dua partai yang saling beroposisi di AS. UU sanksi ini dikhawatirkan merembet ke urusan dagang kedua negara, AS dan China," ujar Ariston.
Ia menambahkan, notulen rapat bank sentral AS The Fed yang dirilis dini hari tadi juga memberikan indikasi kondisi ekonomi yang masih dalam tekanan untuk jangka waktu yang lama karena COVID-19.
"Rupiah mungkin bisa menguat tipis hari ini setelah beberapa hari ini dalam tekanan," katanya.
Ariston memperkirakan rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp14.150 per dolar AS hingga Rp14.330 per dolar AS.
Pada Rabu (1/7), rupiah melemah 18 poin atau 0,12 persen menjadi Rp14.283 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.265 per dolar AS.
Advertisement
Sri Mulyani Prediksi Rupiah di Kisaran 15.300 per Dolar AS pada 2021
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan terus menunjukkan penguatan. Ia pun memperkirakan rupiah bakal berada di kisaran 14.500 per dolar AS hingga 15.500 per dolar AS di 2020 dan terus menguat ke 14.900 per dolar AS hingga 15.300 per dolar AS di 2021.
Sri Mulyani menjelaskan, sejak awal tahun hingga hari ini nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi 8,9 persen. Namun dalam catatan dia, gerak nilai tukar pada minggu kedua April ini masih lebih kuat jika dibandingkan dengan posisi Maret lalu.
“Tentu karena kita semua tahu bahwa kondisi ini masih sangat tidak pasti maka kisaran proyeksi akan terlihat akan sangat bervariasi dari institusi ke institusi untuk nilai tukar rupiah kami perkirakan untuk 2021 ada di kisaran 14.900 per dolar AS hingga 15.300 per dolar AS,” kata Sri dalam Rapat kerja Komisi XI DPR membahas Asumsi Dasar dalam KEM PPKF RAPBN 2021, pada Senin 22 Juni 2020.
Lebih lanjut, ia mengatakan, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari negara-negara lain, maka nilai tukar rupiah akan cenderung menguat. Hal tersebut terjadi karena pemulihan ekonomi yang baik akan menarik arus modal masuk.
Namun, ia juga tak memungkiri bahwa pemulihan ekonomi negara maju khususnya Amerika Serikat akan menentukan likuiditas dolar AS di pasar global.
“Kondisi saat ini rupiah jauh lebih kondusif dibandingkan Februari-Maret 2020 ketika terjadi volatilitas yang sangat tinggi. Proyeksi nilai tukar dalam dokumen KEM PPKF perlu disesuaikan,” ujarnya.