Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyatakan bahwa jumlah petani yang terus berkurang tidak membuat ketahanan pangan tergerus, melainkan pihaknya terus mendorong agar generasi milenial bisa tertarik dengan dunia pertanian, salah satunya dengan berbagai pelatihan yang dilakukan secara online.
“Kalau tergerus itu sebenarnya tidak juga, tapi memang kita harus waspada kita harus antisipasi jadi saat ini komposisi dari petani kita sebagian umur produktif 40 tahun keatas petani kita, itu kurang lebih 70 persen, sedangkan umur 40 tahun kebawah kurang lebih 29 persen kurang dari 30 persen. Itu berarti 10 tahun kemudian umur produktif ini akan masuk ke umur yang kurang produktif,” kata Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, kepada Liputan6.com, Kamis (2/7/2020).
Artinya umur yang diatas 50 tahun yang kurang produktif, apalagi umur di atas 60 tahun produktivitasnya pasti berkurang. Hal inilah yang menjadi tantangan BPPSDMP Kementan untuk mendorong generasi milenial yaitu Sumber Daya Manusia yang berumur 40 tahun ke bawah bisa produktif di sektor pertanian.
Advertisement
Baca Juga
“Umur milenial atau yang kurang dari 40 tahun kita sebut sebagai umur milenial atau petani milenial yang lebih dari 40 tahun di sebut kolonial artinya petani yang sudah tua, tantangan ini bagaimana menciptakan petani-petani milenial itu sebanyak-banyaknya,” ujarnya.
Begitupun di saat yang sama bagaimana pihaknya mencetak petani milenial agar betul-betul profesional menguasai bidangnya di sektor pertanian, serta di saat yang sama petani milenial itu juga harus mampu berdaya saing dengan negara lain.
“Yang namanya komoditas pertanian bukan hanya di Indonesia, di seluruh negara juga memproduksi bahan pangan, mereka sama-sama ekspor, sama-sama menghasilkan Oleh karena itu daya saing ini menjadi kata kunci sukses dalam bidang pangan,” kata Dedi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jiwa Entrepreneurship
Selain itu, petani milenial ini juga harus mempunyai jiwa entrepreneurship yang tinggi artinya jiwa wirausaha yang tinggi, yang bisa memberikan kesinambungan atau sustainability dari usaha pertanian, sehingga memberikan keuntungan tersendiri bagi pertanian.
Keuntungan itu didapatkan dari usaha pertanian yang baik petaninya, yang bisa dilaksanakan oleh para petani milenial yang berjiwa entrepreneurship yang tinggi, sehingga mempunyai kepekaan terhadap peluang-peluang pertanian.
“Misalnya petani yang peka itu melihat sampah saja atau sisa-sisa sampah pertanian bisa menjadi uang, dibuat menjadi kompos kemudian dikemas yang bagus dan dijual, bayangkan dari sampah bisa jadi duit kalau petani milenial yang punya jiwa entrepreneurship yang tinggi mereka bisa membaca peluang, itulah yang kita harapkan,” pungkasnya.
Advertisement