Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, wabah pandemi virus corona (Covid-19) saat ini telah memberikan tantangan baru yang luar biasa sulit bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan fiskal guna menghadapi krisis.
Wanita yang akrab disapa Ani ini menyampaikan, pemerintah tak punya tolak ukur pembelajaran pada kejadian masa lalu untuk menghadapi wabah krisis pandemi yang terjadi saat ini.
"Covid bisa dikatakan extra ordinary dan unprecedented. Karena presedennya adalah 100 tahun yang lalu. Dan saya enggak tahu kebijakan fiskal 100 tahun yang lalu. Yang jelas Indonesia 100 tahun yang lalu masih dalam penjajahan Belanda," ungkapnya dalam acara virtual peluncuran buku Terobosan Menghadapi Perlambatan Ekonomi, Sabtu (4/7/2020).
Advertisement
Ani bercerita, saat ia ditunjuk sebagai Menteri Keuangan untuk periode 2019-2024, dirinya berhadapan dengan tantangan berbeda yang kala itu ramai dibicarakan, yakni industri 4.0.
Baca Juga
"Waktu saya kembali semua orang excited untuk berbicara tentang ekonomi digital, digitalisasi, transformasi terhadap artificial intelligent. Kita sedang sibuk untuk membangun pilar-pilar SDM-nya harus diperbaiki, lingkungan investasi harus dipermudah, kebijakan perdagangan harus kompetitif, produktivitas harus naik, infrastruktur harus dikejar," tuturnya.
Situasi tersebut berubah seketika kala pandemi corona masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020. Ani menyatakan, kedatangannya memberikan efek kejut sehingga pemerintah harus merubah dan meriset ulang seluruh kebijakan.
Berbekal pengalaman tersebut, Sri Mulyani menyatakan, pemerintah harus selalu rendah hati dan siap atas segala tantangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Jadi tantangan itu saya menganggap dengan pengalaman yang saya miliki, saya selalu merasa bahwa kita harus terus menerus constantly humble dan memiliki humility," imbuh dia.
Sri Mulyani: Corona Beri 3 Dampak Besar ke Ekonomi Indonesia
Advertisement