Liputan6.com, Jakarta - Berbagai produk inovasi antivirus corona yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan), dalam berbagai bentuk yakni roll on, inhaler, balsam, minyak aromaterapi dan kalung aromaterapi eucalyptus. Beberapa waktu lalu, salah satunya mengundang rasa penasaran masyarakat terhadap kalung antivirus.
Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbang) Kementan, Fadjry Djufry, memaparkan alasan mengeluarkan produk inovasi dalam bentuk kalung antivirus, dalam konferensi pers Pemanfaatan eucalyptus, Senin (6/7/2020).
Baca Juga
Kalung Berlian dalam Pusaran Skandal Ratu Prancis Marie Antoinette Dilelang, Harganya Diperkirakan Lebih dari Rp35 Miliar
Ariana Grande Dandan bak Glinda Si Penyihir Baik, Pakai Berlian 100 Karat
Kunjungi Wilayah Perbatasan AS, Kamala Harris Dinyinyiri karena Diduga Pakai Kalung Emas Seharga Hampir Rp1 Miliar
Menurutnya, produk kalung merupakan produk aksesoris aromaterapi yang didesain dalam bentuk seperti name tag yang dikenakan sebagai kalung. Dengan demikian, mudah dibawa kemana saja tanpa khawatir tertinggal atau tercecer.
Advertisement
“Sebenarnya isi kalung itu sama dengan formula yang untuk inhaler. Namun kalau inhaler karena ukuran kecil kadang kita lupa menyimpan atau terselip dimana saat kita akan menggunakannya,” ujarnya.
Kata Fadjry, produk aksesoris aromaterapi ini dalam dunia luas bisa saja didesain sebagai gantungan kunci, kipas atau bentuk lainnya yang men-delivery aromaterapi.
Produk kalung aromaterapi Balitbangtan diformulasikan berbasis minyak Eucalyptus dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori.
“Oleh karena itu dibentuk kalung sehingga akan mudah menghirup setiap 2-3 jam sekali 5-15 menit dihirup (didekatkan ke hidung), agar mampu menginaktivasivirus yang berada di rongga hidung,” katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penggunaan Teknologi Nano
Dengan penggunaan teknologi nano, ukuran partikel bahan aktif menjadi sangat kecil dan luas permukaannya menjadi sangat besar. Sehingga luas bidang kontaknya menjadi sangat besar, dan dapat menekan penggunaan bahan aktif.
Ia pun menjelaskan cara kerja dari kalung antivirus tersebut, aromaterapi yang dihasilkan mengandung bahan aktif 1,8-cineole yang akan merusak struktur Mpro (Main Protein) dari virus, sehingga virus akan sulit bereplikasi dan akhirnya terus berkurang jumlahnya.
Mekanisme ini berbeda dengan shut out yang dari Jepang yang kandungannya adalah CaCl2 (Calcium Chlorida), sejenis garam yang dapat mempengaruhi kejenuhan udara di sekitarnya. Dengan demikian virus tidak nyaman di lingkungan tersebut.
“Produk shut out tidak dihirup seperti kalung eucalyptus. Sehingga kalau kita lebih banyak beraktivitas di luar maka tidak akan efektif. Sementara itu, untuk kalung eucalyptus selama cara pakainya sesuai aturan, diharapkan virus dapat diinaktivasi,” jelasnya.
Fadjry menambahkan bahwa produk ini mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release), sehingga berfungsi sebagai aromaterapi selama jangka waktu tertentu.
Untuk mendapatkan efek aromaterapi yang optimal, penggunaannya dilakukan dengan cara menghirup aroma dari lubang-lubang kemasannya.
Advertisement
Sudah Diuji
Produk ini mengandung bahan yang telah diuji secara in-vitro di laboratorium memiliki aktivitas antivirus, baik terhadap virus influenza maupun virus corona (gamma- dan beta-corona).
Sementara, untuk pengembangan dan produksi diinformasikan Kementan menggandeng PT Eagle Indo Pharma. Dan untuk produk Inhaler dan roll on, produk akan siap akhir bulan Juli, sedangkan kalung antivirus ini pada bulan Agustus.