Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 mempengaruhi dunia bisnis di Tanah Air. Banyak pengusaha yang terpaksa menutup bisnisnya sebagai dampak terburuk pandemi. Seperti yang terjadi pada pebisnis perhotelan.
Namun pakar marketing sekaligus Founder and Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya menyatakan tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Covid-19 dengan kondisi yang ada.
"Kalau pengusaha hotel itu punya DNA perhotelan, saya yakin tidak akan bangkrut. Pasti akan berusaha keras dan tahu caranya bertahan. Jika tidak bisa artinya DNA-nya memang tidak di situ. Pandemi adalah waktu tepat untuk keluar dari bisnis yang bukan DNA-nya," ungkap dia dalam webinar Hermawan Katajaya Live, Big Momentum: Prepare Now, Actualize Next! via Zoom, beberapa waktu lalu.
Advertisement
Webinar ini adalah seri kedua setelah seri pertama pada 3 April 2020, berhasil mendatangkan lebih dari 700 audiens, juga via Zoom. Seri kedua sendiri berhasil mendatangkan hampir 1.000 peserta.
Menurut Hermawan, di awal Covid-19 banyak orang panik sampai-sampai tidak ada yang mempersiapkan bisnis dengan baik. Banyak yang menganggap enteng dengan asumsi kuartal III pandemi selesai.
Namun sekarang lambat laun banyak usaha mulai beradaptasi dan mempersiapkan bisnis agar bertahan di saat krisis. Apalagi memasuki kuartal III COVID-19 juga belum selesai bahkan banyak prediksi memanjang sampai kuartal IV.
Menurut dia, ada 4 kunci agar bisnis bisa bersaing dan tetap berkembang di era COVID-19. "Kreativitas (creativity), inovasi (innovation), entrepreneurship, dan leadership atau disingkat CIEL. Karena COVID-19 bisnis itu harus omni, menggabungkan dua hal berbeda. Seperti bisnis offline kini harus ada online juga," sambungnya.
Kreativitas harus ada untuk mendukung produktivitas. Karena tanpa kreativitas, usaha hanya rutinitas dan sulit adaptif. Yang dilakukan itu-itu saja. Kemudian harus ada inovasi untuk mendukung kreativitas.
Setiap usaha harus dibangun dari pertanyaan, seberapa baik inovasi untuk menjadi solusi masyarakat. "Bisnis itu harus problem solving. Di tengah COVID-19, produk apa yang bisa ditawarkan untuk menyelesaikan masalah konsumen. Berbeda kan dengan sebelum COVID-19. Inilah opportunity atau kesempatan. Makanya perlu entrepreneurship, seseorang yang bisa memanfaatkan kesempatan dari perubahan masyarakat. Konsumen berubah, dia pun ikut berubah," lanjut dia.
Â
Tonton Video Ini
Elemen Lain
Ketiga elemen tadi kemudian disempurnakan dengan leadership atau kepemimpinan. Disitulah kemampuan manajerial untuk mengkombinasikan banyak elemen. Karena yang di-manage bukan hanya soal memanfaatkan kesempatan bisnis, tapi harus juga dipikirkan cashflow, sampai profit and loss.
Dia memprediksi dan berharap bulan Juli ini COVID-19 menyentuh puncak, untuk kemudian mulai stabil menurun menjelang kuartal empat sampai akhirnya memasuki 2021. Maka tidak heran melansir data IMF, ekonomi Indonesia di 2020 diprediksi -0,3 persen.
Namun di 2021 diprediksi naik cukup tinggi di angka 6,1 persen. "Tahun 2021 harus dimanfaatkan. Jangan sampai tidak, kuncinya dari sekarang di empat poin tadi. Bahkan kalau bisa berpikir jangka panjang karena Indonesia akan bonus demografi pada 2030. Ini harus jadi kesempatan," tutupnya.
Advertisement