Liputan6.com, Jakarta - Skema pendanaan anggaran negara burden sharing atau pembagian beban yang ditujukan untuk pemulihan ekonomi nasional akan mempengaruhi neraca keuangan bank Indonesia (BI). Dalam skema ini, BI akan membeli Surat Berharga Negara (SBN) tanpa imbal hasil.
“Dengan burden sharing ini pasti ada tambahan-tambahan beban terhadap neraca keuangan BI dan tentu akan mempengaruhi neraca keuangan BI,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo seperti ditulis Selasa (7/7/2020).
Baca Juga
Meski begitu, dirinya tetap optimistis neraca keuangan BI tak akan sampai defisit karena ikut menanggung beban utang pemerintah. Menurutnya, modal BI cukup besar untuk menopang defisit keuangan.
Advertisement
Di mana, modal BI diatur dalam perundang-undangan sebesar Rp 3,72 triliun. Sementara aset atau liabilitasnya terus meningkat tiap tahun, selama 2019 mencapai Rp2.351 triliun.
“Bagaimana kalau skenario burden sharing ini kemudian mengalami defisit? Modal kami cukup besar, sehingga masih bisa menopang defisit,” jelasnya.
Masih Kuat
Selain itu, penghasilan BI pun dinilai masih akan kuat. Di mana salah satu penghasilan terbesar BI adalah dari pelaksanaan kebijakan moneter. Selama tahun lalu saja, BI berhasil memperoleh penghasilan kebijakan moneter Rp 90,15 triliun, berdasarkan laporan keuangan BI 2019.
“Apa yang terjadi di neraca keuangan tidak akan mempengaruhi BI menjalankan kebijakan moneter. Itu yang paling kita jaga stabilitas,” kata dia.
Adapun neraca keuangan BI selama tahun lalu mencatatkan surplus Rp 33,35 triliun (setelah pajak). Ini diperoleh dari total penghasilan sebesar Rp 91,80 triliun, sementara beban bunga hingga remunerasi kepada pemerintah mencapai Rp 46,57 triliun.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement