Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari 2 persen pada hari Jumat setelah Badan Energi Internasional (IEA) menaikkan perkiraan permintaan tahun 2020.
Namun di sisi lain rekor kasus virus corona baru di Amerika Serikat membuat harapan untuk pemulihan cepat dalam konsumsi bahan bakar sedikit tertahan.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, Sabtu (11/7/2020), harga minyak mentah Brent naik 90 sen, atau 2,2 persen, pada USD 43,25 per barel, dan minyak AS naik 93 sen, atau 2,3 persen, menjadi USD 40,55 per barel.
Advertisement
Brent sedikit berubah pada minggu ini sementara minyak mentah AS ditetapkan untuk penurunan mingguan sekitar 1 persen.
IEA yang berbasis di Paris menaikkan perkiraan permintaannya menjadi 92,1 juta barel per hari (bph), naik 400 ribu bph dari prospeknya bulan lalu, mengutip penurunan kuartal kedua yang lebih kecil dari perkiraan.
Namun, lebih dari 60.500 kasus COVID-19 baru dilaporkan di Amerika Serikat pada hari Kamis, mencetak rekor harian. Penghitungan juga merupakan hitungan harian tertinggi untuk negara mana pun sejak patogen muncul di China akhir tahun lalu.
"Sementara pasar minyak tidak diragukan lagi telah membuat kemajuan yang besar, dan di beberapa negara, percepatan jumlah kasus COVID-19 adalah pengingat yang mengganggu bahwa pandemi tidak terkendali," kata IEA.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sempat Turun di Awal Sesi
Harga turun di awal sesi setelah Libya National Oil Corporation mengumumkan telah mengangkat force majeure pada semua ekspor minyak setelah setengah tahun blokade oleh pasukan timur.
"Diperkirakan memulai kembali ekspor Libya hanya akan menambah kerentanan pembatasan produksi OPEC + dalam menjaga kompleks energi sangat bergantung pada ekspansi baru dalam selera risiko untuk setiap kenaikan kembali minggu ini," Jim Ritterbusch, presiden dari Ritterbusch and Associates, berkata.
Sementara itu, persediaan minyak tetap membengkak karena rendahnya permintaan bensin, solar dan bahan bakar lainnya selama wabah awal.
"Jika kita mengambil gambaran pasar yang lebih besar, yang menonjol bagi kita adalah bahwa kita belum melihat banyak penurunan di bagian persediaan global," kata JBC.
Â
Advertisement
Persedian Minyak AS
Persediaan minyak mentah AS naik hampir 6 juta barel pekan lalu setelah analis memperkirakan penurunan lebih dari setengah angka itu.
Meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China juga memberi tekanan pada harga. China mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya akan memberlakukan tindakan timbal balik dalam menanggapi sanksi A.S. terhadap pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas Muslim Uighur.