Liputan6.com, Jakarta Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas, meninggal di usia 98 tahun pada tahun lalu. Meski telah wafat, bisnis yang dia bangun masih menggeliat hingga kini.
Bahkan Sinar Mas saat ini merupakan salah satu grup bisnis terbesar di Indonesia. Tak hanya dalam negeri, gurita bisnisnya hingga mancanegara. Mulai dari agribisnis, makanan, telekomunikasi, teknologi, layanan keuangan, kesehatan, pertambangan, energi, properti, kertas dan banyak lagi.
Melansir laman Forbes, Selasa (14/7/2020), Eka Tjipta Widjaja, lahir di Quanzhou, China sebagai Oei Ek Tjhong. Dia kemudian pindah ke Indonesia bersama keluarganya. Pada 1938 di usia 15 tahun, dia membangun Sinar Mas saat tinggal di Makassar.
Advertisement
Bisnisnya terus berkembang. Asia Pulp and Paper (APP), misalnya, memiliki operasi manufaktur di seluruh Indonesia dan China dan mampu menjual produknya ke lebih dari 120 negara di 6 benua.
Pada tahun 1972, ia mendirikan pabrik yang memproduksi natrium bikarbonat, yang kemudian menjadi perusahaan kertas pertama Sinar Mas, Tjiwi Kimia.
Pada tahun yang sama ia berekspansi pada sektor real estate melalui Duta Pertiwi, di mana anak perusahaannya Bumi Serpong Damai sekarang menjadi salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar.
Eka Tjipta Widjaja pertama kali muncul dalam daftar Billionaires pada tahun 1991. Dia menjadi satu dari hanya 3 miliarder Indonesia dalam daftar pada saat itu.
Dia merupakan anggota trio yang bertahan paling lama (dua lainnya adalah Liem Sioe Liong dan William Soeryadjaya).
Ekspansi Sinar Mas selama bertahun-tahun nyatanya terputus akibat krisis keuangan Asia pada tahun 1998. Pada tahun 1999, utang bisnisnya mencapai USD 13,5 miliar, memaksanya menyerahkan Bank Internasional Indonesia kepada pemerintah.
Untuk pulih, Widjaja kemudian berekspansi ke pertambangan dan telekomunikasi. Pada tahun 2005, grup ini masuk kembali ke perbankan dengan mengakuisisi Bank Shinta dan menamainya Bank Sinarmas.
Sinar Mas tetap inovatif. Pada 2012, Sinar Mas menjadi salah satu grup yang dikelola keluarga yang berinvestasi di startup digital, memulai kemitraan dengan East Ventures, salah satu perusahaan VC pertama di Indonesia.
Pada tahun 2018, grup VC milik grup tersebut, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), bekerja sama dengan East dan Yahoo Japan Capital untuk menciptakan EV Growth untuk berinvestasi di startup yang ada mencari modal baru untuk berekspansi.
Â
Â
Saksikan video di bawah ini:
Keluarga
Eka Tjipta Widjaja memiliki dua istri, yakni Trini Dewi Lasuki dan Mellie Pirieh Widjaja. Sebagian besar bisnis Sinar Mas saat ini dijalankan 4Â putra dari istri pertamanya, dan oleh anak-anak mereka sendiri.
Teguh Ganda Wijaya, anak sulung Eka, mengelola APP. Indra Widjaja mengawasi investasi grup dalam jasa keuangan dan pertambangan.
Kemudian Putra sulung Indra, Fuganto Widjaja, adalah CEO Golden Energy Mines. Muktar Widjaja menangani bisnis properti.
Sementara Franky Oesman Widjaja mengendalikan bisnis pertanian dan makanan Sinar Mas di bawah Golden Agri-Resources.
Dia juga mengelola bisnis telekomunikasi dan teknologi. Dihubungi oleh Forbes Asia, Sinar Mas para pewaris Sinar Mas tidak bersedia memberikan komentarnya.
Beberapa anak Widjaja juga telah membangun bisnis mereka sendiri. Oei Hong Leong adalah miliarder yang berbasis di Singapura, dengan kekayaan bersih diperkirakan mencapai USD 1,4 miliar.
Frankle Djafar Widjaja mengelola perusahaan investasi yang terdaftar di Singapura Bund Center Investment dan Sukmawati Widjaja mengelola perusahaan properti Singapura lainnya, Top Global.
Advertisement