Sukses

Survei SMRC: Publik Menilai Kondisi Ekonominya Lebih Buruk saat New Normal

Penilaian masyarakat terhadap kondisi ekonomi rumah tangga yang memburuk terus meningkat di masa awal pandemi.

Liputan6.com, Jakarta Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru yang mendapati jika mayoritas masyarakat menganggap kondisi ekonominya kembali memburuk pasca pemerintah menetapkan fase new normal pada Juli 2020 ini.

Survei dilakukan pada rentang waktu 8-11 Juli 2020. Dengan mengambil sampel 2.215 responden yang dihubungi secara acak via telepon.

Direktur Riset SMRC Deni Irvani menyampaikan, sebanyak 71 responden menilai kondisi ekonomi rumah tangganya kembali jatuh ketika tahap new normal diberlakukan.

"Kita peroleh hasil, ada 71 persen merasa kondisi ekonomi lebih buruk atau jauh lebih buruk. Sisanya 17 persen mengatakan tak ada perubahan, 11 persen lebih baik atau jauh lebih baik," ungkapnya dalam sesi teleconference, Selasa (14/7/2020).

Merujuk pola survei yang dilakukan SMRC, Deni menerangkan, penilaian masyarakat terhadap kondisi ekonomi rumah tangga yang memburuk terus meningkat di masa awal pandemi.

"Di awal survei baru 38 persen yg mengatakan ekonomi lebih buruk dibanding sebelum wabah. Namun begitu masuk ke minggu berikutnya, itu meningkat sangat besar. Dari 38 persen ke 49 persen, lalu 67 persen, paling tinggi sampai 83 persen per 20-22 Mei," paparnya.

Masuk ke Juni, persepsi tersebut sebetulnya mulai berkurang seiring angka penambahan kasus virus corona yang juga menurun. Namun, pandangan publik terhadap ekonomi yang memburuk mulai kembali naik saat new normal diterapkan pada Juli ini.

"Setelah itu mengalami penurunan dari 76 persen ke 66 persen di pertengahan Juni. Tapi masuk bulan Juli mulai meningkat lagi. Ini efek dari diberlakukannya new normal," ujar Deni.

Sementara untuk kondisi ekonomi nasional, Deni melanjutkan, ada 81 persen warga yang menilai kondisinya lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding sebelum masa pandemi.

"Dan trennya, dari tahun 2003 September sampai 2020, tidak pernah ada penilaian terhadap kondisi ekonomi yang seburuk semasa covid. Maka dari itu, kondisi ekonomi yang sekarang kita bisa katakan sangat buruk, atau bahkan terburuk sepanjang pengukuran dalam survei opini publik," tuturnya.

 

Tonton Video Ini

2 dari 2 halaman

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia: Dampak Pandemi Corona Sangat Terstruktur, Sistematis, dan Masif

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan dampak pandemi Corona ke ekonomi sebuah negara sangat terstruktur, sistematis dan masif (TSM). Pandemi Corona ini juga membuat masalah baru di sektor ekonomi, sosial hingga politik.

"Covid ini hadir betul-betul mempunyai dampak terstruktir, sistemik, dan masif yang mana meluluhlantakkan sendi sendi inovatif terhadap bangsa dan negara," tutur dia saat menyampaikan Keynote Speech di acara Launching Buku Pandemi Corona: Virus Deglobalisasi, Masa Depan Perekonomian Global dan Nasional, Jakarta, Senin (13/7/2020).

Bahlil Lahadalia menilai, hari ini pandemi dalam perspektif kesehatan sangat mengkhawatirkan. Namun dampaknya akan lebih jauh lagi pasca Covid-19. "Kondisi ekonomi sudah pasti akan hancur," ujar dia.

Pandemi ini membuat masing-masing negara berusaha untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sebab ini salah satu strategi untuk mempertahankan diri bagi tiap negara.

Hal lainnya, Bahlil Lahadalia melihat ini pergerakan barang dan orang akan mengalami penurunan antar negara. Setidaknya akan terjadi dalam waktu minimal 1-3 tahun.

Selain barang, pergerakan orang juga akan berkurang. Sebab orang mulai ragu dan mempertanyakan kondisi negara tujuan aman atau tidak dari penyebaran virus corona.

"Selain barang, (pergerakan) orang pun akan berkurang. Orang mulai ragu benar enggak nih satu negara ini aman?" ungkap Bahlil Lahadalia.

Â