Sukses

Harga Emas Naik Usai Sejumlah Negara Lakukan Pembatasan Sosial

Harga emas menguat di atas level kunci USD 1.800 pada hari Selasa

Liputan6.com, Jakarta Harga emas menguat di atas level kunci USD 1.800 pada hari Selasa, didukung oleh kekhawatiran atas pemasangan kasus virus corona secara global karena banyak daerah memperkenalkan kembali pembatasan untuk membatasi wabah.

Dikutip dari CNBC, Rabu (15/7/2020), harga emas di pasar spot naik 0,4 persen menjadi USD 1,809.83 per ounce. Emas berjangka AS diselesaikan sebagian besar tidak berubah pada USD 1,813.40.

"Ada antisipasi penutupan yang lebih luas yang menarik orang kembali ke emas untuk melakukan lindung nilai terhadap ketidakpastian," kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments.

"Akan ada kemungkinan besar bahwa kita akan melihat Federal Reserve AS tidak hanya melanjutkan program stimulus ekonomi, tetapi dalam beberapa kasus mempercepatnya sehingga membantu harga emas secara signifikan," tambah dia.

Banyak bagian di Asia menemukan alasan untuk menghentikan pembukaan kembali ekonomi mereka sebagai akibatc dari lompatan kasus virus yang dikhawatirkan menjadi gelombang kedua. Sementara California melakukan pembatasan baru pada bisnis saat infeksi melonjak.

Organisasi Kesehatan Dunia pada Senin memperingatkan pandemi hanya akan menjadi lebih buruk jika negara-negara gagal mematuhi tindakan pencegahan yang ketat.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sudah Naik 19 Persen

Harga emas telah meningkat lebih dari 19 persen sepanjang tahun ini, terutama diuntungkan oleh suku bunga yang lebih rendah dan langkah-langkah stimulus luas dari bank sentral utama karena secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Dolar jatuh karena euro naik di tengah optimisme tentang kemungkinan paket stimulus Uni Eropa.

Investor terus memantau keretakan AS-China yang tumbuh di wilayah Laut China Selatan, dengan pengumuman Beijing bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi terhadap Lockheed Martin karena keterlibatan dalam penjualan senjata AS terbaru ke Taiwan yang diklaim Tiongkok.

Â