Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Juni 2020 mencapai USD 12 miliar. Angka ini meningkat 15,09 persen jika dibandingkan Mei 2020 yang sebesar USD 10,53 miliar.
Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto mengatakan capaian tersebut terjadi karena peningkatan migas sebesar 3,80 persen. Namun, lanjut Kecuk, untuk ekspor nonmigas jauh lebih tinggi yakni 15,73 persen.
Baca Juga
Jika dibandingkan pada periode yang sama pada 2019, nilai ekspor Juni 2020 tumbuh 2,2 persen dengan ekspor yang tumbuh ada non migas naik sebesar 3,63 persen. Di sisi lain, ekpor migasnya mnegalami penurunan 18,52 persen karena ada penurunan ekspor minyak mentah, penurunan ekspor hasil minyak dan juga gas.
Advertisement
“Tetapi kalau dilihat disini, perkembangan ekspor bulan ini sangat menggembirakan karena mtm-nya naik 15,09 persen, yan yoy nya naik 2,28 persen,” ujarnya alam video conference di Jakarta, Rabu (15/7/2020).
“Ini tentunya tren yang sangat menggembirakan. Dan kita berharap bahwa ekspor kita ke depan akan terus naik dan peningkatan in tidak hanya terjadi di bulan Juni tetapi juga di bulan -bulan berikutnya,” sambung Kecuk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dampak Virus Corona, BPS Pastikan Ekspor dan Kunjungan Wisman Turun
Wabah Virus Corona di Wuhan, China telah memicu kekhawatiran secara global, karena virus ini telah menyebar ke seluruh Asia dan dunia. Virus ini juga diprediksi akan mempengaruhi perdagangan dan jumlah wisatawan Indonesia.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, penutupan kunjungan dari dan menuju China oleh pemerintah setempat membuat jumlah kunjungan menurun meski belum terlihat secara signifikan.
"Kemudian ini pertanyaan apakah coronavirus berpengaruh kepada wisman enggak ya? Kalau kita lihat ada larangan dari China Goverment untuk berkunjung ke sini ke negara-negara lain keluar dan sebaliknya juga ada larangan, nanti akan berdampak," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Senin (3/2/2020).
Pada Desember 2019, jumlah kunjungan wisatawan dari China sebesar 11,2 persen atau sekitar 2 juta dari jumlah wisatawan keseluruhan sebesar 16 juta. Jumlah tersebut diprediksi akan menurun drastis karena adanya penutupan kunjungan oleh pemerintah China.
"Kalau dilihat Januari sampai dengan Desember ya persentase jumlah Wisman dari Tiongkok itu sekitar 12 persen berapa persen kalau nanti ada larangan pasti dia akan berpengaruh pada jumlah wisma ya pasti 12 persen," jelasnya.
"12 persen dari total 16 juta itu adalah seperdelapan ya sekitar 2 juta. Jadi kalau kita lihat selama bulan tahun 2019 jumlah Wisman dari Tiongkok itu sekitar 2 juta pasti nanti akan berpengaruh pada jumlah Wisman," sambungnya.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke Negara Tirai Bambu tersebut juga akan mengalami perubahan jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Sebab, China merupakan salah satu mitra dagang Indonesia yang memiliki porsi besar dalam ekspor maupun impor.
"Ekspor-impor nanti akan kita tunjukkan tanggal 15 tapi pasti akan berpengaruh juga ya. Kita lihat seberapa besar pengaruh kita belum tahu karena kita tahu bahwa ekspor utama kita adalah ke Tiongkok. Semua impor utama kita ke Tiongkok. Jadi apa yang terjadi di Tiongkok pasti akan berpengaruh kepada permintaan dan juga pengiriman barang," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement