Liputan6.com, Jakarta Miliarder filantropis George Soros melalui Open Society Foundations berjanji untuk menyisihkan dana USD 220 juta (Rp 3,12 triliun) kepada organisasi dan para pemimpin yang bekerja untuk memperbaiki kondisi masyarakat kulit hitam.
Sikap tersebut semakin memperkukuh dirinya sebagai pendukung utama kesetaraan ras, sekaligus musuh utama orang-orang sayap kanan yang mengutuk dukungan kepada yang mereka sebut "teroris".
Wakil Ketua Open Society Foundations yang juga seorang anak George Soros, Alex Soros, menyatakan, sekarang adalah waktu yang penting dan mendesak untuk mengatasi ketidakadilan rasial di Amerika.
Advertisement
"Investasi ini akan memberdayakan para pemimpin yang telah terbukti di komunitas orang kulit hitam untuk kembali menata kebijakan, mengakhiri penahanan massal, dan menyingkirkan sekat yang telah menjadi sumber ketidakadilan sejak lama," serunya seperti dikutip Forbes, Rabu (15/7/2020).
George Soros sendiri dikenal sebagai seorang miliarder yang rela menyisihkan kekayaan untuk menopang protes terhadap ketidaksetaraan ras.Â
Foundation miliknya telah memberikan USD 50 juta(Rp 710 miliar) untuk membantu kampanye ACLU dalam mengurangi penahanan massal.
Tahun lalu, foundation tersebut juga berinvestasi USD 25 juta dalam hibah tahunan kepada organisasi yang dijalankan orang-orang multiras, serta USD 15 juta untuk firma hukum NAACP Legal Defense and Educational Fund.
Sejak lama, Soros memang gemar menggunakan kekayaannya yang mencapai USD 8,3 miliar (Rp 1.171 triliun) untuk mengatasi ketidaksetaraan sistemik yang dialami kelompok orang berbeda warna kulit. Salah satunya lewat peluncuran Open Society Foundations pada 2003 silam.
Namun dukungan tersebut telah menjadikan Soros dicap sebagai subjek berbagai teori konspirasi tak berdasar. Termasuk tuduhan bahwa ia telah membayar orang-orang yang menentang ketidakadilan ras.
Miliarder ini juga digambarkan oleh kaum kanan sebagai globalist, istilah yang kerap diartikan sebagai penentang agama semit (Islam, Kristen, Yahudi). Dia juga dikatakan sebagai dalang teori konspirasi global yang tidak jelas.
Pada Januari 2020, Soros mengeluarkan USD 1 miliar (Rp 14,2 triliun) untuk mendanai jaringan universitas baru guna mengatasi penyebaran faham nasionalisme.
Saksikan video di bawah ini:
Miliarder Elon Musk Kini Lebih Kaya dari Warren Buffett, Berharta Rp 994 T
Miliarder pendiri Tesla Inc, Elon Musk, kini memiliki nilai kekayaan yang lebih tinggi daripada rekan sejawatnya, miliarder Berkshire Hathaway Warren Buffett.
Harta Musk bertambah USD 6,1 miliar atau (Rp 86,01 triliun) per Jumat (10/7/2020), setelah sahamnya naik 11 persen, demikian menurut data Bloomberg Billionaire Index.
Sekarang, Musk menempati posisi miliarder terkaya ke-7, menyalip Larry Ellison, miliarder Oracle dan Sergey Brin, pendiri Google. Dengan total kekayaan USD 70,5 miliar (Rp 994 triliun).
Pria berusia 49 tahun ini menguasai 5 saham terbaik Tesla. Mayoritas, kepemilikannya ada di akun SpaceX yang mencapai USD 15 miliar.
Adapun secara keseluruhan, saham miliarder yang sempat kontroversial karena nama unik bayinya ini meningkat 269 persen tahun 2020. Dia pun bergaji USD 595 juta dan menjadi CEO dengan gaji tertinggi se-Amerika Serikat.
Musk bukan satu-satunya miliarder yang jadi lebih kaya dari Buffett beberapa waktu ke belakang. Ada Steve Ballmer, mantan CEO Microsoft, serta pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin. Miliarder India Mukesh Ambani juga melampaui kekayaan Buffett.
Kekayaan Buffett turun sebab dia mendonasikan hartanya sebesar USD 2,9 miliar kepada yang membutuhkan.
Miliarder berusia 89 tahun ini tercatat sudah menghabiskan USD 37 miliar untuk kepentingan filantropi sejak 2006 lalu. Saham Berskhire Hathaway juga sempat menurun beberapa waktu belakangan.
Advertisement