Sukses

Virus Corona Ubah Cara Pikir Para Milenial Tajir Soal Uang

Sepertiga milenial juga mengungkapkan dirinya telah meningkatkan dukungan finansialnya untuk anggota keluarga dan teman selama pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan yang dirilis UBS pekan ini menemukan bahwa pandemi Corona telah mengubah kebiasaan para milenial kaya terhadap caranya menggunakan uang. Laporan bertajuk UBS Investor Watch tersebut juga mendorong para milenial kaya untuk mengubah caranya berinvestasi.

Melansir laman Business Insider, Kamis (16/7/2020), UBS menemukan bahwa para investor yang berusia lebih muda, (antara 25-39 tahun berdasarkan definisi milenial dari Pew Research Center), mendapatkan pukulan terbesar secara finansial. Hal itu akibat goyahnya perekonomian yang dipicu Covid-19. Sebanyak 73 persen milenial mengatakan, dirinya terdampak secara finansial oleh pandemi tersebut.

Sebagai tambahan, hampir 3 dari 4 milenial yang disurvei mengungkapkan bahwa pandemi telah mengubah cara mereka berpikir tentang uang. Hasilnya sekitar 71 persen milenial merasa jika dirinya harus bekerja lebih keras untuk bangkit dari kerugian terkait Covid-19.

Sementara sebanyak 68 persen dari para milenial kaya merasa khawatir dirinya tidak memiliki cukup tabungan jika terjadi pandemi lain. Meski demikian, mayoritas milenial kaya ini tetap ingin menggunakan uangnya untuk membantu orang lain.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ingin Terlibat Kegiatan Filantropi

Sebanyak 69 persen milenial mengatakan, dirinya masih sangat tertarik berinvestasi di bidang yang berkelanjutan seperti lingkungan, sosial dan kebijakan pemerintah soal proses investasi karena pandemi seperti sekarang. Sementara 60 persen dari seluruh peserta survei menegaskan pihaknya kini lebih ingin terlibat di kegiatan filantropi.

Sementara itu, sebanyak sepertiga milenial juga mengungkapkan dirinya telah meningkatkan dukungan finansialnya untuk anggota keluarga dan teman selama pandemi.

Sekadar informasi, pada Mei UBS menggelar survei pada 3.750 investor di 15 negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Hong Kong. Pada responden digolongkan ke dalam tiga kelompok: responden berusia 25-30 dengan aset sedikitnya USD 250 ribu, berusia 31-39 dengan aset investasi senilai sedikitnya USD 500 ribu, dan usia 40 tahu ke atas dengan aset investasi sedikitnya USD 1 juta.