Liputan6.com, Jakarta Kegagalan saat mulai berbisnis tentu bisa menimpa siapa saja. Tapi pilihan untuk bangkit dan terus membangun bisnis besar hanya untuk mereka yang tidak mengenal kata menyerah, seperti halnya salah satu orang terkaya dunia atau miliarder Kevin O'Leary.
Melansir laman CNBC, Kamis (16/7/2020), investor sekaligus pengusaha O'Leary memulai bisnis pertamanya di sebuah tempat parkir pada 1986. Lalu pada 1999, O'Leary dan para pendiri lainnya menjual perusahaan tersebut pada Mattel Toy Company seharga USD 4,2 miliar.
Baca Juga
Namun bahkan jika saat itu bisnisnya gagal, O'Leary menegaskan dirinya tetap akan terus berjuang sebagai seorang pengusaha.
Advertisement
"Jika perusahaan pertama saya tidak berhasil, maka saya akan mendirikan perusahaan kedua. Dan jika gagal, saya akan mulai perusahaan ketiga. Jika belum berhasil juga, saya akan bangun perusahaan keempat. Intinya adalah, Anda hanya memerlukan satu pukulan. Dan Anda hanya belum tahu, pukulan mana yang berhasil," paparnya.
Tentu saja, sejak pertama mendirikan bisnisnya O'Leary telah menemukan beberapa 'pukulan'. Selain berinvestasi di sejumlah perusahaan besar, ia juga mendirikan sejumlah bisnis seperti O’Shares ETFs, O’Leary Financial Group dan O’Leary Wines.
Dan bahkan saat sudah sesukses sekarang, jika suatu saat dia kehilangan semuanya, O'Leary mengatakan, dirinya tetap akan memulai kembali menjadi seorang pengusaha.
"Motivasi saya dan mungkin sama untuk kebanyakan pengusaha, adalah untuk mengendalikan nasib kami sendiri. Anda tak akan selalu berhasil, tapi Anda harus terus mencobanya," jelas O'Leary.
Diakuinya, bekerja untuk diri sendiri, dan memulai sebuah bisnis adalah jalan yang rumit. Tapi bagi O'Leary, itu sepadan dengan apa yang ia dapat.
"Anda akan sering gagal, tapi saat berhasil, itu (bisnis Anda) akan sangat berhasil," jelas miliarder ini.
Tak hanya soal uang, berhasil dalam bisnis bagi O'Leary merupakan kebebasan pribadi untuk mengejar berbagai hal yang Anda sangat inginkan.
Saksikan video di bawah ini:
Gaungkan Kesetaraan Ras, Miliarder George Soros Rela Kucurkan Rp 3,1 Triliun
Miliarder filantropis George Soros melalui Open Society Foundations berjanji untuk menyisihkan dana USD 220 juta (Rp 3,12 triliun) kepada organisasi dan para pemimpin yang bekerja untuk memperbaiki kondisi masyarakat kulit hitam.
Sikap tersebut semakin memperkukuh dirinya sebagai pendukung utama kesetaraan ras, sekaligus musuh utama orang-orang sayap kanan yang mengutuk dukungan kepada yang mereka sebut "teroris".
Wakil Ketua Open Society Foundations yang juga seorang anak George Soros, Alex Soros, menyatakan, sekarang adalah waktu yang penting dan mendesak untuk mengatasi ketidakadilan rasial di Amerika.
"Investasi ini akan memberdayakan para pemimpin yang telah terbukti di komunitas orang kulit hitam untuk kembali menata kebijakan, mengakhiri penahanan massal, dan menyingkirkan sekat yang telah menjadi sumber ketidakadilan sejak lama," serunya seperti dikutip Forbes, Rabu (15/7/2020).
George Soros sendiri dikenal sebagai seorang miliarder yang rela menyisihkan kekayaan untuk menopang protes terhadap ketidaksetaraan ras.Â
Foundation miliknya telah memberikan USD 50 juta(Rp 710 miliar) untuk membantu kampanye ACLU dalam mengurangi penahanan massal.
Tahun lalu, foundation tersebut juga berinvestasi USD 25 juta dalam hibah tahunan kepada organisasi yang dijalankan orang-orang multiras, serta USD 15 juta untuk firma hukum NAACP Legal Defense and Educational Fund.
Sejak lama, Soros memang gemar menggunakan kekayaannya yang mencapai USD 8,3 miliar (Rp 1.171 triliun) untuk mengatasi ketidaksetaraan sistemik yang dialami kelompok orang berbeda warna kulit. Salah satunya lewat peluncuran Open Society Foundations pada 2003 silam.
Namun dukungan tersebut telah menjadikan Soros dicap sebagai subjek berbagai teori konspirasi tak berdasar. Termasuk tuduhan bahwa ia telah membayar orang-orang yang menentang ketidakadilan ras.
Miliarder ini juga digambarkan oleh kaum kanan sebagai globalist, istilah yang kerap diartikan sebagai penentang agama semit (Islam, Kristen, Yahudi). Dia juga dikatakan sebagai dalang teori konspirasi global yang tidak jelas.
Pada Januari 2020, Soros mengeluarkan USD 1 miliar (Rp 14,2 triliun) untuk mendanai jaringan universitas baru guna mengatasi penyebaran faham nasionalisme.
Advertisement