Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (Wika) melakukan peninjauan ulang terhadap target-target yang semula telah dicanangkan pada awal tahun akibat dampak pandemi Covid-19.
Beberapa kondisi makro, seperti likuiditas keuangan yang ketat, peninjauan ulang terhadap anggaran pembangunan infrastruktur, dan terbatasnya arus mobilisasi sumber daya adalah sebagian dari beberapa faktor yang berpengaruh para pelaku bisnis di tanah air, termasuk Wika.
Baca Juga
Namun demikian, perseroan optimis dapat mengembalikan ritme bisnis di tengah berbagai tantangan yang terjadi, termasuk adanya penilaian dari sebagian pihak tentang peningkatan risiko terhadap bisnis perseroan. Hal tersebut ditujukan dalam beberapa hal.
Advertisement
"Beberapa analis terkemuka seperti DBS Securities, RHB Research, dan Samuel Sekuritas Indonesia masih merekomendasikan buy (pembelian) untuk saham WIKA dengan upside rata-rata 25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa WIKA masih memiliki kapasitas untuk tetap tumbuh ke depan," ujar Sekretaris Perusahaan Wika Mahendra Vijaya dalam keterangannya, Kamis (16/7/2020).
Lalu, rasio kemampuan arus kas Wika untuk memenuhi kewajiban utang jangka pendek atau Debt Service Coverage Ratio (DSCR) pada kuartal I 2020 berhasil ditorehkan perseroan pada angka 2,18x (dari minimal level covenant 1x). Hal itu menunjukkan bahwa EBITDA perusahaan cukup untuk membayar utang berbunga yang jatuh tempo di tahun yang sama.
Kemudian, analisis tingkat utang perusahaan dari tinjauan Interest Coverage Ratio (ICR) berada pada besaran 3,18x (dari minimal level covenant 2x) pada kuartal I 2020. Dengan demikian, proyeksi atas kemampuan Wika untuk membayar utang berada pada ambang optimis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Faktor Pendorong
Demikian juga pada parameter kondisi gearing ratio Wika yang pada kuartal-I 2020 berada pada posisi 1,04x (dari maksimal level covenant 2,5x).
"WIKA akan menjaga rasio utang tetap sehat di bawah level covenant," ujar Mahendra.
Adapun di tengah pandemi, Wika tetap mengedepankan asas prudential dan konsisten menjalankan aktivitas operasinya. Ada beberapa faktor yang menguatkan keyakinan ini.
Pertama, masih tingginya kepercayaan pemerintah terhadap Wika yang ditunjukkan dengan adanya beberapa proyek strategis yang ditawarkan. Terbukti dengan keikutsertaan perseroan pada beberapa tender proyek pemerintah dengan total nilai mencapai Rp 15 Triliun.
Kedua, masih positifnya dukungan dari institusi-institusi keuangan nasional dan internasional bagi Wika. Pada Juni lalu, perseroan telah menandatangani kesepakatan kredit modal kerja dengan PT Bank Chinatrust Indonesia (CTBC Indonesia) dengan nilai Rp 300 Miliar.
Advertisement
Kapasitas Kontrak Perusahaan
Kesepakatan dengan perbankan dari Taipei tersebut menunjukkan bahwa masih tingginya kepercayaan perbankan terhadap kinerja sektor konstruksi di tengah pandemi.
"Ini sekaligus mendukung upaya kami untuk mengembalikan ritme pembangunan proyek infrastruktur sejalan dengan pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru," jelas Mahendra.
Yang terakhir ialah kapasitas kontrak perusahaan yang nilainya relatif besar. Hingga Mei 2020, perusahaan memiliki order book sebesar Rp 80,71 Triliun yang masih bisa diproduksi hingga tahun 2022.
"Wika memiliki rekam jejak yang kompetitif-efektif dalam menyelesaikan proyek-proyek strategis berskala mega. Kuncinya adalah mempercepat penerimaan arus kas operasi yang lebih baik sehingga menjaga likuiditas perseroan," pungkas Mahendra.