Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan kenaikan konsumsi listrik bisa menjadi sinyal pemulihan ekonomi, usai terpuruk akibat pandemi virus Covid-19. Konsumsi listrik meningkat 5,4 persen pada Juni lalu.
"Konsumsi listrik terlihat indikator ada turn around (balik arah) di ekonomi kita," ujar Sri Mulyani dalam APBN Kita, Senin (20/7/2020).
Baca Juga
Menurutnya, kenaikan konsumsi listrik oleh industri ini menjadi tanda mulai ada geliat ekonomi. “Konsumsi listrik meningkat 5,4 persen pada Juni lalu. Jadi ada tanda turn around atau berbalik arah ekonomi kita,” ujar dia
Advertisement
Lebih rinci, Menkeu menyebut konsumsi listrik untuk kebutuhan sosial tumbuh 3,7 persen, konsumsi listrik rumah tangga naik 12,7 persen, dan konsumsi listrik industri naik 3,7 persen.
Namun, untuk konsumsi listrik bagi keperluan bisnis masih minus 10,5 persen. "Listrik industri dari negatif sudah naik. Jadi secara total, konsumsi listrik yang tadinya minus sekarang sudah di zona positif 5,4 persen," imbuh dia.
Dari porsinya, konsumsi listrik untuk kebutuhan sosial menyumbang 3,5 persen dari total konsumsi. Kemudian konsumsi listrik rumah tangga berkontribusi 42,3 persen.
Sementara konsumsi listrik untuk industri menyumbang 31,7 persen, dan konsumsi listrik untuk keperluan bisnis menyumbang 18,4 persen.
Saksikan video di bawah ini:
Kucuran Subsidi BBM dan LPG Turun, Listrik Naik di Semester I-2020
Realisasi subsidi BBM dan LPG pada semester I-2020 turun. Menurut catata Kementerian Keuangan (Kemenkeu) realisasi subsidi BBM dan LPG tercatat Rp 25,4 triliun, lebih rendah dibandingkan pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 37,7 triliun.
"Angka realisasi subsidi enegri secara nominal lebih rendah dari tahun lalu karena ada perubahan kebijakan tetap subsidi solar dan volume konsumsi," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati di Ruang Rapat Banggar DPR RI, Jakarta, Kamis (9/8/2020).
Adapun anggaran subsidi BBM dan LPG lebih rendah dipengaruhi besaran subsidi tetap solar yang tercatat turun Rp 2.000 per liter menjadi Rp 1.000 per liter.
Kemudian terkait volume konsumsi yang rendah ditenggarai oleh kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dari pemerintah.
Kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan realisasi subsidi listrik sepanjang pertengahan tahun 2020.
Tercatat subsidi listrik dikeluarkan pemerintah sudah mencapai Rp 22,9 triliun. Atau sekitar 42,1 persen dari pagu sebesar Rp 54,5 triliun.
Adapun realisasi ini juga meningkat jika dibandingkan pada periode sama tahun lalu yang tercatat hanya Rp 18,5 triliun saja.
Adapun realisasi anggaran subsidi listrik tersebut lebih tinggi karena sudah termasuk realisasi diskon listrik untuk rumah tangga daya 450 Va dan 900 Va, subsidi Rp3,1 triliun dan dipengaruhi juga oleh depresiasi nilai tukar Rupiah.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement