Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air mendukung Jawa Barat untuk terus menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Untuk meningkatkan produktivitas petani, pembangunan bendungan dilakukan untuk menjamin suplai air irigasi yang sebelumnya mengandalkan tadah hujan.
Salah satu bendungan yang tengah dibangun Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy, Ditjen Sumber Daya Air yakni Bendungan Leuwikeris. Waduk ini terletak di dua kabupaten, yakni Ciamis dan Tasikmalaya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, Bendungan Leuwikeris merupakan salah satu dari 61 waduk lanjutan yang terus dikerjakan pasca periode 2015-2019. Dari jumlah tersebut, 15 diantaranya sudah selesai dan terisi air.
Advertisement
"Sungai Citanduy belum memiliki bendungan. Apabila bendungannya sudah rampung, maka kontinuitas suplai air ke sawah terjaga. Selama ini lahan pertanian kerap mengalami banjir saat musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau," kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis, Selasa (21/7/2020).
Menurut dia, pekerjaan proyek bendungan ini tidak dihentikan selama pandemi Covid-19. Hal itu untuk menjaga kesinambungan roda perekonomian, terutama penyediaan lapangan kerja bagi kontraktor, konsultan dan tenaga kerja konstruksi beserta kegiatan yang mengikutinya.
"Kegiatan pembangunan bendungan yang berlanjut pun diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional dalam tatanan baru (new normal), mengingat industri konstruksi saat ini menyumbang tidak kurang dari 10 hingga 11 persen pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mereduksi Banjir
Bendungan Leuwikeris akan mengairi jaringan irigasi seluas 11.216 hektar Daerah Irigasi (DI) Lakbok Utara dan DI Lakbok Selatan. Manfaat lainnya yakni mensuplai air baku sebesar 850 m3/l per detik, untuk mereduksi banjir sebesar 11,7 persen dari 509,7 m3 per detik menjadi 450,02 m3 per detik, dan potensi listrik sebesar 20 MW.
Kapasitas tampung Bendungan Leuwikeris cukup besar, yakni 81,44 juta m3 atau 6 kali lebih besar dari Bendungan Raknamo di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sebesar 14 juta m3.
Progres fisik Bendungan Leuwikeris yang telah dimulai pada 2016 dan ditargetkan selesai 2021 saat ini sudah mencapai 59,52 persen. Kontrak kerja pembangunannya terbagi menjadi empat paket dengan nilai total Rp 2,6 triliun.
Advertisement
Paket Pengerjaan
Paket pertama dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan-PT Bahagia Bangun Nusa lewat skema kerja sama operasi (KSO) untuk konstruksi tubuh bendungan (main dam) dan fasilitas umum senilai Rp 867 miliar. Paket kedua oleh PT Waskita Karya–PT Adhi Karya (KSO) untuk pembangunan pelimpah (spillway) senilai Rp 642,33 miliar.
Sementara paket ketiga dikerjakan oleh PT Hutama Karya untuk pekerjaan terowongan pengelak (tunnel divertion) dan pembangunan jalan akses senilai Rp 385,46 miliar. Paket selanjutnya yakni pekerjaan plugging terowongan pengelak, pembetonan spillway, dan pekerjaaan electrical serta hydromechanical senilai Rp 768,88 miliar oleh PT Waskita Karya-PT Hutama Karya-PT Basuki Rahmanta Putra (KSO). Sedangkan konsultan pengawasan oleh PT Virama Karya dan PT Catur Bina Guna Persada (KSO) sebesar Rp 49,12 miliar.