Liputan6.com, Jakarta - Direktur Air Minum Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian PUPR, Yudha Mediawan menegaskan bahwa air perpipaan di Indonesia tidak boleh langsung diminum. Melainkan harus dimasak terlebih dahulu hingga mencapai suhu 100 derajat Celcius.
"Walaupun air perpipaan. Tapi tetap air pipa perlu dimasak. Jadi kalau mau diminum harus dididihkan dulu," kata dia dalam Webinar via YouTube BNPB, Rabu (22/7)
Baca Juga
Menurut Yudha secara umum kualitas air di Indonesia masih di kategorikan aman atau belum masuk kategori layak. Sehingga untuk keperluan konsumsi, air terlebih dahulu harus melewati proses pemasakan untuk membunuh bakteri yang terkandung didalamnya.
Advertisement
"Karena kalau air dikonsumsi harus aman. Meskipun kita sudah klorin jadi tetap perlu (pemasakan)," imbuh dia.
Kendati demikian, Kementerian PUPR terus memperbanyak Zona Air Minum Prima, atau yang biasa disebut dengan ZAMP. ZAMP sendiri adalah zona atau wilayah khusus yang dirancang sebagai kawasan pelayanan dengan kualitas air telah memenuhi standar dan merupakan air siap minum tanpa harus dimasak terlebih dahulu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pencemaran Mikro Organisme
Sebab, di Indonesia pencemaran oleh mikro organisme terhadap badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi.
Kondisi tersebut memaksa agar suatu wilayah dapat menjaga kualitas dan kuantitas air yang disalurkan hingga sampai ke masyarakat untuk bisa dikonsumsi secara aman dan layak.
"Dimana di situ (ZAMP) air akan di olah dan jaringan pipa dijaga betul. Sehingga tidak ada bakteri dan parameternya tetap aman," jelas dia.
Untuk itu, pengadaan ZAMP ini memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan kesehatan lingkungan atau kesehatan masyarakat. Serta menurunkan angka penderita penyakit, khususnya penyakit yang berhubungan dengan air.
"Jadi, lewat ZAMP ini bisa di tapping langsung seperti di negara maju," tandasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Â
Advertisement
Konsumsi Air Bersih Jakarta Menurun saat PSBB
Direktur Umum PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo menyatakan, adanya penurunan konsumsi air bersih di Jakarta selama pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dia menyebut sebelum masa PSBB total air terdistribusi ke warga sebanyak 20.200 liter, sedangkan saat ini kurang dari angka tersebut.
"Secara sumber air kita enggak ada masalah. Kalau kita lihat Januari sampai dengan Mei itu tidak terjadi disruption yang signifikan kita bisa mengalirkan air. Kemarin (PSBB) kita bisa 19.500-19.800 liter," kata Priyatno di Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Penurunan konsumsi air PAM Jaya tersebut dikarenakan sejumlah perusahaan dan pelaku industri tidak beroperasi. Kendati begitu, adanya kenaikan konsumsi di sektor rumah tangga, sebab adanya pelaksanaan work form home (WFH).
Bambang menyatakan, PAM Jayaakan mulai menambahkan pendistribusian air bersih di sejumlah sektor. Dia beralasan perkantoran sudah kembali beroperasi pada Senin (8/6/2020).
"Untuk hotel dan apartemen komposisinya itu berkurang 5,75 persen dari pada sebelum adanya wabah ini. Itu berpindah ke rumah tangga sederhana dan rumah tangga menengah secara signifikan," ucapnya.
PSBB Transisi
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta akhirnya memperpanjang penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal itu disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam jumpa pers di Balai Kota Jakarta, Kamis siang.
"Menetapkan PSBB di Jakarta diperpanjang dan menetapkan Juni sebagai masa transisi," ujar Anies, Kamis (4/6/2020).
PSBB sendiri di DKI Jakarta berakhir hari ini, Kamis 4 Juni 2020. PSBB tahap ke-3 sebelumnya diharapkan Anies sebagai yang terakhir kalinya sebelum memasuki era new normal atau normal baru.
Advertisement