Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Aviliani, mengkritisi pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Sebab, ia menilai kehadiran komite anyar ini berpotensi memperpanjang alur birokrasi.
"Sebenarnya kehadiran komite ini masih belum urgent. Justru adanya komite akan memperpanjang proses birokrasi di tengah pandemi," tegas dia dalam rilis survei nasional via daring, Kamis (23/7/2020).
Alviliani menjelaskan adanya komite tersebut berpotensi membuat laporan kinerja dapat terhadap Presiden Jokowi menjadi lebih rumit. Mengingat komite harus terlebih dahulu melalui Koordinasi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto selaku ketua. Kemudian, baru menunggu keputusan persetujuan Jokowi.
Advertisement
Imbasnya akan memperpanjang proses birokrasi yang mengakibatkan lambannya upaya penanganan dan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi ini. Sebab, cara kerja seperti ini dinilai tidak cocok diterapkan dalam kondisi sulit.
"Apalagi saat ini kita dalam kondisi luar biasa sulit. Tapi penanganannya dilakukan malah seperti ini dan masih bersifat business as usual," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menteri BUMN Erick Thohir mendatangi kantor KPK bertemu dengan pimpinan lembaga tersebut Erick enggan merinci isi pembicaraannya kepada wartawan. Dirinya hanya mengatakan berdiskusi mengenai pemulihan ekonomi nasional atau PEN.
Upaya Pemulihan Ekonomi
Pun, tambah Aviliani, sejatinya tanpa membentuk komite upaya pemulihan ekonomi oleh pemerintah sudah tepat. Karena telah memiliki berbagai program intensif yang dibutuhkan dunia usaha, khususnya UMKM.
Akan tetapi, ia menyoroti soal lambatnya realisasi ataupun implementasi dari manfaat berbagai program. Yang mana permasalahan itu dipicu oleh buruknya koordinasi antar kementerian/lembaga terkait.
Maka dari itu, ia mendorong pemerintah lebih fokus terhadap percepatan penyaluran dari berbagai program yang telah di keluarkan. Terlebih Indonesia tengah dihantui ancaman resesi akibat memburuknya kinerja perekonomian nasional,"
"Jadi, sebenarnya program penanganan pemerintah selama ini sudah tepat. Hanya di masalah penyaluran saja," tukasnya.
Merdeka.com
Advertisement